China Kembali Terlibat dalam Konflik di Laut Merah yang Menimbulkan Korban Baru

by -96 Views
China Kembali Terlibat dalam Konflik di Laut Merah yang Menimbulkan Korban Baru

Konflik di Laut Merah tampaknya telah menimbulkan dampak serius bagi pengusaha China. Salah satunya adalah Han changming, pendiri Fuzhou Han Changming International Trade Co Ltd yang berpusat di provinsi timur Fujian. Han mengungkapkan bahwa bisnisnya telah terpengaruh oleh eskalasi konflik di jalur pelayaran global tersebut.

Perusahaannya diketahui mengekspor mobil buatan China ke Afrika dan mengimpor kendaraan off-road dari Eropa. Biaya pengiriman kontainer ke Eropa telah melonjak menjadi sekitar US$7.000 (sekitar Rp 109 juta) dari US$3.000 pada bulan Desember. Hal ini telah menghapus keuntungan perusahaannya yang tipis, kata Han. Di samping itu, premi asuransi pengiriman yang lebih tinggi juga berdampak buruk pada perusahaan.

Meningkatnya ketegangan di jalur pelayaran di Laut Merah telah memperlihatkan kerentanan perekonomian China yang sangat bergantung pada ekspor. Keadaan ekonomi yang lemah saat ini, disertai dengan adanya krisis properti, lemahnya permintaan konsumen, menyusutnya populasi, dan lesunya pertumbuhan global, semakin memperparah kondisi. Tutupnya pabrik dan cutinya ratusan pekerja migran karena Tahun Baru Imlek di bulan Februari juga menciptakan kekacauan lain.

Mike Sagan, wakil presiden perusahaan rantai pasokan dan operasi KidKraft yang berbasis di Shenzhen, China, juga mengungkapkan bahwa banyak pelanggan Eropa menahan pembelian pada perusahaan pembuat peralatan bermain di luar ruangan dan mainan kayu tersebut.

Sebelumnya, serangan militan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah menganggu perdagangan maritim. Houthi mengatakan melakukan serangan ke kapal-kapal yang terkait Israel sebagai protes atas serangan negara itu ke Gaza, Palestina.

Laut Merah adalah rute terpendek pelayaran dari Asia ke Eropa dan sebaliknya, melalui Terusan Suez. Beberapa kapal kini memilih untuk mengubah rute ke rute Timur-Barat yang lebih panjang melalui ujung selatan Afrika, Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Hal ini mengurangi kapasitas peti kemas global dan memutus rantai pasokan, karena akan memerlukan waktu lebih lama bagi kapal untuk kembali ke tujuannya.

Pemerintah China sendiri telah bereaksi terhadap masalah ini. Mereka berharap pihak-pihak yang terlibat dapat menjamin keamanan jalur air di Laut Merah dan bersama-sama menjaga kelancaran produksi global dan rantai pasokan serta tatanan normal perdagangan internasional. Sementara pejabat senior Huthi menjanjikan perjalanan yang aman bagi kapal-kapal Rusia dan China melalui Laut Merah, asalkan tidak terhubung dengan negara tertentu, khususnya Israel.