PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nikel) telah menginvestasikan dana sebesar Rp 75 triliun untuk mendukung pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel. Investasi ini termasuk dalam pengembangan dua teknologi smelter, yakni Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL). Corporate Communications Superintendent dari Harita Nickel, Joseph Sinaga, menyatakan bahwa total investasi yang telah dikeluarkan perusahaan hingga September 2024 mencapai Rp 75 triliun, digunakan untuk pengembangan pertambangan dan program hilirisasi.
Sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah untuk meningkatkan hilirisasi di dalam negeri, Harita Nikel merupakan perusahaan yang pertama kali meresponsnya dengan membangun smelter feronikel pertama di Indonesia, yaitu smelter RKEF pada tahun 2016. Perusahaan ini terus berkembang dengan membangun smelter HPAL pada tahun 2019, yang memungkinkan mereka memproduksi nikel sulfat dan kobalt untuk baterai kendaraan listrik.
Menyadari pentingnya ketahanan pasok kendaraan listrik dunia, Harita Nikel terus berupaya untuk memperluas kapasitas produksinya. Dengan capaian penjualan feronikel yang meningkat setiap tahunnya, Harita Nikel telah membuktikan komitmennya dalam mendukung industri hilirisasi di Indonesia. Pulau Obi, tempat dari proyek pertambangan nikel perusahaan, menjadi bagian penting dari strategi nasional untuk menjadi kawasan industri yang berperan dalam rantai pasok global.
Hilirisasi Terintegrasi: Investasi Rp75 Triliun dari Harita Nikel
