Alasan Smelter Menolak Nikel CS RI: Analisis SEO

by -11 Views

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui tantangan yang dihadapi sejumlah smelter dalam menyerap produk hasil dari hilirisasi nikel dan bauksit dari para penambang. Pelaku industri ini tampak enggan menerima komoditas tersebut karena dugaan ketidaksempurnaan Harga Patokan Mineral (HPM) yang dianggap tidaklah ekonomis. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyoroti ketidakpastian harga jual-beli antara penambang dan pemilik smelter sebagai akar permasalahan tersebut. Sebagai upaya penyelesaian, pemerintah kini sedang mengevaluasi kondisi tersebut yang berkaitan dengan Keputusan Menteri ESDM No. 72 Tahun 2025 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Mineral Logam dan Batu Bara.

Meskipun pihak-pihak terkait seperti penambang dan asosiasi telah menyetujui HPM, smelter ternyata memiliki pandangan yang berbeda. Sebagai langkah strategis, pemerintah akan memperhitungkan masukan dari para pelaku usaha dalam mengarahkan revisi Kepmen tersebut. Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyoroti dampak perubahan peraturan terkait HPM yang memengaruhi penjualan bauksit. Direktur Utama Antam, Nico Kanter, mengungkapkan kesulitan dalam menjual bauksit tercuci karena pembeli tidak mau membeli dengan HPM sebagai acuan harga. Selain itu, harga HPM juga menimbulkan kerugian bagi smelter yang akan memproses bauksit.

Kondisi ini juga berimbas pada penjualan nikel jenis feronikel (FeNi) yang juga terhambat oleh aturan tersebut. Oleh karena itu, penyelesaian terhadap permasalahan ini perlu dilakukan secara komprehensif dengan memperhitungkan kepentingan semua pihak terkait. Upaya evaluasi mendalam perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan solusi yang dihasilkan dapat menguntungkan seluruh pelaku industri dan mendukung stabilitas bisnis di sektor hilirisasi mineral.

Source link