Sebanyak 32 perusahaan Amerika Serikat (AS) melaporkan kerugian hingga US$ 34 miliar setara Rp 553,99 triliun secara akumulasi dalam bentuk penjualan yang hilang dan biaya yang lebih tinggi. Kerugian ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat ketidakpastian yang terus berlangsung terkait dengan tarif baru AS yang menjadi hambatan bagi perusahaan-perusahaan besar AS. Beberapa perusahaan seperti Apple, Ford, Porsche, dan Sony telah merasakan dampaknya dengan menarik atau memangkas perkiraan laba mereka. Kebijakan perdagangan yang tidak pasti oleh Trump membuat sulit bagi perusahaan besar tersebut untuk memperkirakan biaya secara tepat dan akurat.
Menanggapi hal ini, Jeffrey Sonnenfeld dari Sekolah Manajemen Yale menyatakan bahwa biaya yang sebenarnya bisa jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Dampak dari perang tarif ini juga diperkirakan dapat melemahkan pengeluaran konsumen dan bisnis serta meningkatkan ekspektasi inflasi. Para ahli strategi memperkirakan bahwa perusahaan akan mencoba memperkuat rantai pasokan mereka, memindahkan produksi ke negara yang lebih menguntungkan, dan memprioritaskan pasar baru. Namun, langkah ini juga diprediksi akan meningkatkan biaya bagi perusahaan.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump berpendapat bahwa tarif baru yang diberlakukan akan membantu mengurangi defisit perdagangan AS dan mendorong perusahaan untuk memindahkan operasi mereka ke AS. Tarif ini juga diharapkan dapat mendorong negara-negara seperti Meksiko untuk mengurangi aliran imigran ilegal dan narkoba ke AS. Meskipun demikian, dampak dari tarif ini masih menimbulkan ketidakpastian bagi dunia bisnis dan ekonomi. Yang jelas, situasi ini akan terus berkembang seiring dengan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah.