Investasi Minggir-Investasi Rp 690 T: Strategi Menghadapi Perang Dagang

by -7 Views

Inggris dan Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menjalin kerja sama teknologi senilai US$42 miliar atau sekitar Rp690 triliun. Kesepakatan tersebut dikenal sebagai “Technology Prosperity Pact” dan mencakup bidang pengembangan kecerdasan buatan (AI), komputasi kuantum, dan energi nuklir sipil. Pasca penandatanganan pakta ini dalam kunjungan kenegaraan Presiden AS Donald Trump ke Inggris, dijadwalkan akan ada pertemuan di Kastil Windsor bersama Raja Charles pada Rabu (17/9/2025).

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyatakan bahwa kesepakatan tersebut memiliki potensi untuk membentuk masa depan jutaan orang di kedua sisi Atlantik, serta membawa pertumbuhan dan keamanan. Inggris sendiri menegaskan bahwa pakta ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi, penelitian ilmiah, dan ketahanan energi. Langkah ini juga diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi teknologi guna mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang saat ini stagnan.

Beberapa perusahaan teknologi besar AS telah memberikan dukungan terhadap kesepakatan ini. Microsoft, misalnya, berkomitmen untuk berinvestasi sebesar 22 miliar pound, sementara Nvidia meluncurkan 120.000 unit prosesor grafis di Inggris. Google juga tak ketinggalan dengan investasi 5 miliar pound, termasuk dalam pembangunan pusat data baru di London utara dan pengembangan riset AI melalui DeepMind.

Melalui banyaknya partisipan, seperti Salesforce, Scale AI, BlackRock, Oracle, Amazon Web Services, dan AI Pathfinder, nilai investasi dalam kesepakatan ini berkisar dari ratusan juta hingga miliaran poundsterling. Amerika Serikat menjadi mitra dagang terbesar Inggris, dengan perusahaan teknologi AS sebelumnya telah menanamkan investasi miliaran dolar di negara tersebut.

Inggris dikenal sebagai negara “anak emas” Trump karena memiliki neraca perdagangan yang lebih seimbang dibanding negara lain. Dengan porsi lebih dari 17% dari total perdagangan Inggris, AS menjadi mitra dagang terbesar bagi Inggris hingga September 2024. Meskipun ada dampak pada pasar Inggris, terutama pada industri seperti perikanan dan pertambangan, ekonomi Inggris yang berfokus pada jasa melindunginya dari konsekuensi tarif yang merugikan.

Ekspor Inggris yang unggul ke AS termasuk mobil, obat-obatan dan produk farmasi, generator tenaga mekanik, instrumen ilmiah, dan pesawat terbang. Namun, ekspor jasa, terutama jasa keuangan dan asuransi, memiliki nilai yang jauh lebih besar dibandingkan ekspor barang jadi. Investasi dalam teknologi antara Inggris dan AS diharapkan dapat memperkuat kerja sama kedua negara dalam bidang ini, serta membawa dampak positif bagi kedua pihak.

Source link