Menteri Keuangan Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Makin Gawat
Perekonomian dunia menjelang akhir 2023 masih dirundung ketidakpastian tinggi seiring dengan tekanan yang dialami negara maju. Kondisi Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa sedang tidak stabil.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan fenomena ‘higher for longer’ atau suku bunga moneter yang tinggi di negara maju, terutama AS, menyebabkan biaya pinjaman melonjak dan memberikan tekanan pada banyak negara. Sri Mulyani mengungkapkan kondisi ini dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi November 2023, Jumat (24/11/2023).
“Suku bunga yang tinggi menciptakan ‘higher cost of fund’. Suku bunga yang higher for longer menyebabkan tingginya cost of fund biaya pinjam dari seluruh negara,” ungkap Sri Mulyani.
Untuk pertama kalinya sejak 2007, kata Sri Mulyani, imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS mencapai 5%. Situasi ini menyebabkan capital outflow di berbagai negara dan mengerek naiknya dolar AS.
“Indeks dolar menguat menimbulkan implikasi ke seluruh negara dunia,” paparnya.
Sementara itu, ekonomi China masih dalam keadaan lemah. Pelemahan China ini diperkirakan bersifat jangka menengah panjang karena menyangkut faktor struktural.
“Masalah aging sektor properti pinjaman dari pemerintah daerah di perekonomian RRT yang menyebabkan beban cukup tinggi sehingga pemulihan ekonomi tidak jalan cepat,” katanya.
Di sisi lain, Sri Mulyani mencatat ekonomi Eropa masih dibayangi perang Ukraina dan inflasi tinggi. Ini menyebabkan dampak kenaikan suku bunga yang tinggi. Kondisi ini, menurutnya, menyebabkan negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Inggris, terancam resesi.
Artikel Selanjutnya
Dunia Makin Gawat, Sri Mulyani: RI Waspada!
(haa/haa)