Selamat Tinggal Minyak! Energi Rendah Emisi Masa Depan Indonesia

by -200 Views
Selamat Tinggal Minyak! Energi Rendah Emisi Masa Depan Indonesia

Dewan Energi Nasional (DEN) menilai pemanfaatan gas bumi secara luas bisa menjadi kunci bagi Indonesia untuk melakukan transisi energi ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

Pasalnya, emisi pembakaran gas bumi lebih rendah apabila dibandingkan dengan energi fosil lainnya, baik minyak maupun batu bara.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, di masa transisi energi ini, gas menjadi salah satu sumber energi terbaik. Dia beralasan, emisi yang dikeluarkan dari proses pembakaran gas 50% lebih rendah dibandingkan dengan batu bara.

“Gas itu 50% emisinya lebih rendah dibanding batu bara. Alhamdulillah kita masih ekspor gas, artinya gas masih banyak ya dalam bentuk LNG dari Tangguh (Kilang LNG), dari Donggi Senoro, maupun dari Bontang ya, maupun kita ekspor melalui gas pipa dari Sumatera ke Singapura dan juga Natuna ke Singapura,” tuturnya dalam acara Road to CNBC Indonesia Awards 2023, Selasa (31/10/2023).

Meski demikian, Djoko menyadari infrastruktur gas dalam negeri belum masif dibangun. Padahal, kunci optimalisasi gas bumi dalam negeri bisa tercapai melalui ketersediaan infrastruktur yang merata.

Oleh karena itu, menurutnya saat ini pemerintah tengah gencar untuk membangun infrastruktur gas di beberapa daerah.

“Tadinya tidak dibiayai APBN, sekarang pipa transmisi dari Cirebon-Semarang itu sudah dibiayai APBN, anggarannya Rp 3 triliun selama 3 tahun. Kemudian juga pipa dari Sei Mangkei ke Dumai itu nanti kalau dari Sumatera sudah nyambung dari Natuna, Natuna tinggal 6 kilo yang dari Pulau Pemping ke WTS ke Singapura, kalau itu sudah nyambung semua, maka kita bisa menggunakan gas secara keseluruhan,” paparnya.

Sebelumnya, Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti menjelaskan, dalam transisi energi, gas bumi dipandang sebagai komoditas strategis yang dapat dikembangkan lebih jauh. Mengingat, RI menyimpan segudang kekayaan gas bumi yang cukup melimpah.

Beberapa di antaranya seperti yang berada di proyek Tangguh Train III, Blok Masela, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), dan yang terbaru adalah di Blok Andaman II.

“Tentunya bisa segera dimonetisasi tapi kita tidak boleh lupa pada saat bicara gas kita harus bicara infrastruktur pemanfaatannya di industrinya karena gas itu memang harus kita tentukan siapa yang akan memakai,” kata Shinta dalam acara Forum Transisi Energi CNBC Indonesia, Kamis (22/12/2022).

Oleh sebab itu, ia berharap pembangunan proyek ruas Cirebon-Semarang atau Cisem dan ruas Dumai-Sei Mangkei dapat segera difinalisasi. Sehingga kelebihan pasokan gas yang ada di Jawa Timur bisa untuk memenuhi kekurangan pasokan gas yang berada di Jawa Barat hingga Sumatera.

“Saat ini Cisem itu memberi solusi untuk Jawa dan Sumatera, sementara kita masih punya 68 cekungan yang masih belum dieksplorasi dan itu kebanyakan di timur dan gas, nah PR nya adalah pada saat nanti eksplorasi dan ketemu siapa pemanfaatannya dan ketersambungan itu sangat menjadi PR,” kata dia.