Insiden pembakaran pabrik kembali terjadi akibat persoalan upah di China. Kali ini, pabrik tekstil di Sichuan menjadi korban pada Selasa (20/5/2025). Seorang pegawai bernama Wen, 27 tahun, menjadi pelaku pembakaran setelah mengalami konflik dengan majikannya terkait upah yang belum dibayarkan sebesar 800 yuan (Rp 1,8 juta). Kepolisian wilayah Pingshan telah menahan pelaku dan menyatakan bahwa kasus ini sedang dalam proses penyelidikan lebih lanjut.
Dalam penjelasan polisi, disebutkan bahwa perusahaan sebenarnya sedang dalam tahap persetujuan pembayaran upah sebesar 5.370 yuan (Rp 87 juta), bukan 800 yuan seperti yang diklaim oleh Wen. Namun, konflik ini berujung pada pembakaran pabrik yang mengakibatkan kerugian besar. Masyarakat China bereaksi melalui media sosial dengan simpati terhadap nasib pekerja seperti Wen, yang dianggap melakukan tindakan ekstrem karena situasi ekonomi dan sosial yang sulit.
Bahkan, netizen dan pakar menyebutnya “800 Brother” sebagai simbol utang upah yang menjadi pemicu insiden ini. Mereka menyoroti pentingnya pencegahan terhadap kasus serupa di masa mendatang dan mendesak pihak-pihak terkait untuk mencari solusi bersama. Sarjana dan peneliti ketenagakerjaan menekankan perlunya membangun mekanisme pembayaran upah yang baik guna mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Dengan begitu, diharapkan ketegangan dan konflik antarmanusia akibat persoalan upah dapat diminimalisir. Semua pihak diharapkan bekerja sama untuk menjaga kesejahteraan pekerja dan mencegah insiden “800 Brother” di masa depan.