Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sedang menghadapi penurunan inflasi pada tahun 2024. Namun, rencananya untuk mendeportasi imigran tanpa dokumen dalam skala besar telah menimbulkan kekhawatiran. Para ekonom mengingatkan bahwa tindakan ini berpotensi besar memengaruhi rantai pasok dan harga barang serta jasa. Direktur studi imigrasi di Cato Institute, David J. Bier, mengatakan bahwa konsekuensi ekonomi dari rencana deportasi imigran akan terjadi. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam rantai pasok, kenaikan harga, dan penurunan layanan.
Ada kekhawatiran bahwa deportasi massal dapat menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang signifikan. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Labor Economics pada tahun 2023 menemukan bahwa 44.000 pekerja yang lahir di AS berisiko kehilangan pekerjaan untuk setiap 500.000 imigran yang dikeluarkan dari pasar tenaga kerja. Imigran tanpa dokumen cenderung bekerja di sektor yang memproduksi barang dan jasa dengan kenaikan harga yang signifikan, menurut peneliti di National Bureau of Economic Research, Chloe East.
Meskipun demikian, East juga menegaskan bahwa efek pasti dari kebijakan ini masih sulit diprediksi. Dalam pengalaman sebelumnya, deportasi massal justru cenderung meningkatkan inflasi di sektor tertentu. Saat ini, inflasi AS tetap terkendali dengan angka 0,4% pada bulan Desember 2024. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi termasuk kenaikan harga energi, terutama bensin, dan kontribusi dari sektor pangan. Meskipun terjadi penurunan inflasi inti, angka tersebut masih sedikit lebih baik dari perkiraan sebelumnya.