Jakarta, CNBC Indonesia – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) memiliki fokus menciptakan program-program inovasi lingkungan dan sosial berdasarkan kebutuhan dan potensi dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hal ini menjadi esensial untuk menjaga keselarasan antara aktivitas bisnis, kelestarian lingkungan, dan pengembangan komunitas, yang menjadi komitmen SIG dalam mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs).
Dalam menjalankan program CSR (corporate social responsibility), SIG juga menggunakan pendekatan CSV (creating shared value). Sebagai strategic holding company yang menaungi sejumlah anak usaha dalam industri bahan bangunan, SIG memiliki sistem kebijakan dan tata kelola CSR sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, sehingga layak menjadi percontohan bagi perusahaan lain.
Pendekatan CSV dianggap cocok untuk mengoptimalkan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, serta sejalan dengan strategi bisnis Perusahaan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan ketahanan Perusahaan di masa mendatang.
Salah satu inovasi program CSR SIG adalah pendirian PT Sinergi Mitra Operasi Rembang (SMOR) yang merupakan perusahaan patungan antara anak usaha SIG, PT Semen Gresik dengan enam BUMDes dan menjadi model joint-venture BUMN dan BUMDes pertama di Indonesia. Pendirian SMOR diinisiasi oleh SIG untuk membantu peningkatan pengelolaan potensi desa untuk kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar Pabrik Rembang.
Enam BUMDes sekitar Pabrik Rembang yang tergabung dalam PT SMOR dilibatkan dalam kegiatan supply chain kebutuhan Pabrik Rembang yang diantaranya jasa kebersihan, pemeliharaan, penyediaan tenaga kerja penunjang, dan pengelolaan transportasi.
Selain melibatkan masyarakat, untuk lingkungan terbaru, di Pabrik SIG di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, SIG menyulap lahan pascatambang tanah liat seluas 17,2 Ha di Desa Tlogowaru menjadi kawasan edukasi pertanian dan pemberdayaan masyarakat bernama Ecopark dan Edupark Kambangsemi.
“Dirintis sejak tahun 2019, Ecopark Kambangsemi melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya yang terdiri dari 87 pengelola, 527 petani green belt dan 73 pekerja reklamasi,” tutur Donny Arsal.
Ecopark dan Edupark Kambangsemi dibagi menjadi beberapa area pemanfaatan, antara lain perkebunan pisang cavendish, perkebunan dan penyulingan kayu putih, area greenhouse, area peternakan (lele, ayam petelur dan kambing), keramba apung ikan nila, Bale Kriya (workshop paving stone, pot, bata interlock), hingga camping ground.
“Bagi SIG, operasi berbasis aspek keberlanjutan bukan semata terkait tuntutan pemenuhan aturan, melainkan menjadi bagian dari keunggulan kompetitif yang mendukung pertumbuhan bisnis dan ketahanan perusahaan di masa mendatang. Kami optimis, akan terbangun kerja sama yang lebih baik antara pelaku industri dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya demi percepatan pencapaian target SDGs di Indonesia,” ujar Vita Mahreyni, Corporate Secretary SIG.
Ecopark dan edupark menjadi program yang membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lingkar tambang, di mana masyarakat dan petani yang terdampak dilibatkan dalam pemberdayaan serta diberikan pelatihan.
Direktur Utama SIG, Donny Arsal mengungkapkan, selain reklamasi dan pemulihan lahan pascatambang, model ecopark dan edupark juga memfasilitasi pemeliharaan kehati di sekitar area tambang. Program ini dijalankan dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaannya melalui pertanian, peternakan, dan perkebunan terpadu.
(dpu/dpu)