Pabrik Garmen di Cileungsi Ambruk, 3.000 Karyawan Di-PHK, Duh Gusti!

by -87 Views
Pabrik Garmen di Cileungsi Ambruk, 3.000 Karyawan Di-PHK, Duh Gusti!

Di Indonesia, satu per satu pabrik tekstil, garmen, dan alas kaki berhenti beroperasi dan tutup. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak bisa dihindari lagi, termasuk di salah satu pabrik garmen di daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Menurut pantauan CNBC Indonesia di lokasi pada Kamis (13/6/2024), pabrik yang biasanya ramai dengan pekerja dan suara mesin jahit kini sepi, tanpa aktivitas menjahit. Ribuan mesin jahit tertutup kain dan sudah tidak digunakan.

Sebanyak 3.000 buruh terpaksa kehilangan pekerjaan akibat penghentian operasional pabrik garmen ini. Pemilik pabrik mengaku tidak mampu lagi mempertahankan bisnisnya karena sedikitnya pesanan yang masuk dan kenaikan upah minimum setiap tahun.

Pabrik garmen ini sebelumnya memproduksi pakaian dalam merek global terkenal seperti bra wanita, celana dalam, bustier, bodysuits, suspender belt, kamisol, pakaian dalam pria, dan lainnya. Selama pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, pabrik ini juga memproduksi alat pelindung diri (APD).

Namun, isu geopolitik, resesi global, dan kenaikan upah tinggi membuat pabrik garmen yang berdiri sejak tahun 1997 ini harus gulung tikar dan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya.

Desi Sulastri, anggota Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Bidang Hukum, mengatakan kenaikan upah yang signifikan tanpa peningkatan pesanan membuat industri tekstil dan garmen berjuang. Pandemi Covid-19, resesi global, dan ketegangan geopolitik menjadi tantangan besar bagi industri padat karya, terutama yang berorientasi ekspor.

Desi meminta pemerintah untuk tidak menyamakan industri padat karya dengan industri padat modal dalam penetapan upah minimum. Industri padat karya mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga kenaikan upah minimal sangat mempengaruhi industri ini.