Mengungkap Fakta: Wagner Group Rusia Menyuplai Senjata ke Hizbullah

by -111 Views
Mengungkap Fakta: Wagner Group Rusia Menyuplai Senjata ke Hizbullah

anggota Hizbullah di Libanon Selatan mengambil bagian dalam pemakaman anggota Hizbullah, Abbas Shuman, yang tewas dalam perang dengan Israel. Kelompok Hizbullah diketahui terlibat dalam konflik antara Israel dan Hamas. Mereka ikut menyerbu wilayah Israel Utara dan diduga mendapat bantuan dari kelompok Rusia.

Meski hanya sebagai faksi, Hizbullah memiliki kekuatan yang besar karena memiliki persenjataan. Mereka diketahui menggunakan senjata buatan Rusia yang diberikan melalui Presiden Suriah Bashar Al Assad. Salah satu sumber intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, yang beroperasi di Suriah, bertugas melakukan pengiriman sistem rudal permukaan-ke-udara SA-22.

Meskipun belum jelas apakah pengiriman senjata tersebut sudah terjadi atau seberapa dekat pengirimannya, AS telah memantau pergerakan sistem tersebut yang juga dikenal sebagai Pantsir. Penilaian AS didasarkan pada informasi intelijen yang diperoleh dari diskusi antara Assad, Wagner, dan Hizbullah mengenai penerapan sistem tersebut.

Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Wagner kemungkinan telah menyediakan sistem tersebut kepada Hizbullah. Hizbullah dan Wagner telah beroperasi di Suriah selama bertahun-tahun, bekerja sama dengan angkatan bersenjata Rusia dan Suriah untuk mendukung rezim Assad melawan oposisi Suriah. Terdapat bukti peningkatan kolaborasi antara Hizbullah dan Wagner di Suriah.

Kekhawatiran muncul bahwa Hizbullah akan segera memiliki sistem pertahanan udara baru dan membuka front baru dalam perang melawan Israel. AS telah memperingatkan Hizbullah untuk menghindari konflik dan telah menempatkan kapal induk serta pasukan di wilayah tersebut untuk mencegah potensi eskalasi. Israel juga telah menargetkan sistem rudal ini di Suriah sebagai bagian dari serangan mereka terhadap situs militer Iran.

Komunitas intelijen AS percaya bahwa Iran dan proksinya sedang mengkalibrasi tanggapan mereka terhadap intervensi militer Israel di Gaza dan berusaha menghindari konflik langsung. Namun, Iran tidak memiliki kendali penuh atas Hizbullah dan pejabat AS khawatir bahwa politik internal kelompok tersebut dapat meningkatkan ketegangan.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dijadwalkan memberikan pidato penting, dan para pejabat intelijen akan mengawasi dengan cermat sinyal-sinyal mengenai niat kelompok tersebut.