Apakah Sektor Keuangan Siap Merayakan Pasar Tenaga Kerja AS yang Melambat?

by -107 Views
Apakah Sektor Keuangan Siap Merayakan Pasar Tenaga Kerja AS yang Melambat?

Pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) mulai mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan tingkat pengangguran dan perlambatan pembuatan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang buruk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena menunjukkan perlambatan inflasi, sehingga Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat mengendurkan kebijakan moneter.

Nonfarm payrolls naik sebanyak 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dari perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebanyak 170.000.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi stabilnya angka tersebut di 3,8%.

Pasar bereaksi positif terhadap laporan tersebut, dengan kontrak berjangka terkait Dow Jones Industrial Average mengalami peningkatan 100 poin.

Perlambatan data tenaga kerja ini dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar tenaga kerja, karena akan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan di AS. Namun, ini dapat menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan.

Perlambatan pasar tenaga kerja dapat mengakibatkan penurunan inflasi, karena daya beli masyarakat melambat. Terkendalinya inflasi ini memungkinkan The Fed untuk mengendurkan kebijakan pengetatan suku bunga.

Data tenaga kerja saat ini semakin menguatkan bahwa pasar tenaga kerja AS mengalami penurunan.

Kemarin, AS juga melaporkan klaim pengangguran naik 5.000 menjadi 217 ribu pada minggu yang berakhir pada 28 Oktober. Jumlah ini melebihi ekspektasi pasar sebesar 210.000.

Sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan pada Oktober karena adanya demo besar-besaran yang dilakukan ribuan pekerja sektor otomotif, hiburan, dan kesehatan.

Data Tenaga Kerja AS menyebutkan sekitar 48.100 pekerja melakukan demo pada Oktober. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak Februari 2004.

Data tenaga kerja AS menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Jika pengangguran AS meningkat, hal ini dapat menjadi kabar baik bagi pasar keuangan Indonesia karena dapat membuat suku bunga lebih lunak di masa depan.