Industri Berkomentar tentang Keadaan Dunia yang Sedang Bergejolak dan Transisi Energi

by -145 Views
Industri Berkomentar tentang Keadaan Dunia yang Sedang Bergejolak dan Transisi Energi

Jakarta, CNBC Indonesia – Meningkatnya ketegangan geopolitik diyakini akan semakin memicu krisis energi dan mempengaruhi rantai pasok. Gejolak ini juga dapat berdampak pada agenda transisi energi, termasuk pencapaian Net Zero Emission (NZE).

Menanggapi fenomena ini, beberapa industri mengungkapkan pandangannya tentang memanfaatkan peluang dalam transisi energi menuju energi terbarukan dengan mempersiapkan berbagai upaya untuk menghadapinya.

Chief Financial Officer SUN Energy, Evy Susanty, mengatakan salah satu cara agar target pencapaian emisi karbon bebas tetap tercapai adalah dengan mempercepat pengembangan energi alternatif, terutama energi terbarukan atau energi hijau.

“Pandangan saya adalah jika memungkinkan, pembangunan energi terbarukan ini dapat dikebut. Kita semua tahu bahwa ketahanan energi saat ini masih dalam proses,” kata Evy dalam acara Road to CNBC Indonesia Award Best Energy Companies, Selasa (31/10/2023).

Perusahaan tersebut juga berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan energi terbarukan di Indonesia, terutama dalam bidang energi surya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT PLN Indonesia Power, Endang Astharanti, mengatakan untuk mewujudkan transisi energi dan pencapaian net zero emission, diperlukan investasi yang sangat besar. Hingga tahun 2030, perusahaan berkomitmen untuk membangun pembangkit listrik terbarukan sebesar 7 GW dan memerlukan investasi lebih dari Rp 250 triliun. PLN IP juga melakukan co-investasi dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan ini.

“Kami memiliki beberapa inisiatif kolaborasi keuangan dengan beberapa mitra, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan adanya co-investment ini, modal kami dapat terbantu. Karena kami memiliki keterbatasan modal, kami perlu bekerja sama dengan pengembang lain untuk mengembangkan energi terbarukan,” jelas Endang.

Selain pengembangan pembangkit, perusahaan juga melakukan beberapa inisiatif akselerasi gerakan hijau, seperti co-firing dengan biomassa. Dengan demikian, beberapa PLTU yang sudah ada akan menggunakan campuran energi biomassa. Ini dapat membantu dalam dekarbonisasi. Saat ini, PLN Indonesia Power sudah mencampur 5-10% bahan bakar biomassa dalam pembangkit listrik yang dimiliki.

Lebih lanjut, PLN Indonesia Power juga memiliki inisiatif untuk menggunakan green hydrogen atau amonia di beberapa unit PLTU. Tidak hanya itu, ada beberapa inisiatif lain, seperti akselerasi pengembangan PLTS berukuran kecil untuk daerah-daerah terpencil yang masih menggunakan diesel.

“Dengan penggunaan kombinasi hybrid PLTS, ini dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar minyak. Karena PLTS bersifat intermittent, tetap diperlukan ketahanan energi, sehingga diesel tetap digunakan dalam kombinasi hybrid,” tambah Endang.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Mencari Perusahaan Energi Terbaik di Tengah Agenda Transisi