Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengklaim ikan Arwana menjadi salah satu jenis ikan hias yang menghasilkan devisa cukup besar untuk negara setiap tahunnya. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo mengungkapkan, setiap tahunnya Arwana menyumbang devisa hampir US$ 8 juta atau sekitar Rp 127 miliar (Kurs Rp 15.900).
Adapun tujuan ekspor terbesarnya, kata Budi, adalah negara China.
“Arwana banyaknya ke China,” kata Budi kepada CNBC Indonesia, Senin (30/10/2023).
Budi menyebut ada dua jenis ikan Arwana yang laku diborong China. Pertama adalah Arwana Super Red yang merupakan ikan endemik Kalimantan dan Arwana Jardini yang merupakan ikan endemik Papua. Nilai ekspor masing-masingnya US$ 54.601 dan US$ 17.659. Angka tersebut berdasarkan realisasi ekspor Arwana ke China sejak Januari-September 2023.
Budi menjelaskan alasan China banyak mengimpor ikan Arwana asal Indonesia, utamanya jenis Super Red, karena Arwana dijuluki sebagai dragonfish, sebagai simbol kejayaan dan kemakmuran.
“China menyukai Arwana Indonesia, terutama Super Red, karena Arwana dijuluki dragonfish sebagai simbol kejayaan dan kemakmuran,” jelasnya.
Namun demikian, karena Arwana termasuk CITES, maka untuk perdagangannya harus hasil budi daya, serta harus ada perizinan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan KKP.
“Karena masuk CITES, maka untuk perdagangan adalah hasil budidaya. Perizinan dari BKSDA dan KKP,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono membeberkan bahwa dirinya setiap pekan pasti sibuk menandatangani izin ekspor ikan hias, utamanya Arwana. Hal ini menyusul karena ramainya permintaan ekspor dari komoditas tersebut.
“Hampir setiap minggu saya menandatangani ekspor ikan hias, utamanya adalah Arwana. Arwana dan beberapa begitu saya tanda tangan untuk kemudian diekspor,” ungkap Trenggono saat membuka Festival Ikan Hias Nusantara di Ecowalk Mall Jakarta, Jumat (27/10/2023).
