Kontroversi Jemaah Aolia ‘Telepon Allah’ dan Penetapan Lebaran, PBNU Angkat Suara

by -153 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu jemaah Masjid Aolia di Yogyakarta viral karena mengaku menelepon Allah SWT untuk menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4) kemarin.

Menanggapi hal tersebut, Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur menilai fenomena ini memprihatinkan. “Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang berhari raya hari Jumat kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali,” kata Gus Fahrur, seperti dilansir dari detikcom, Minggu (7/4/2024).

Lebih lanjut, Gus Fahrur mengajak setiap tokoh agama untuk beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar. Dia meminta agar tidak ada yang mempermainkan ajaran Islam dengan dalih telah berbicara langsung dengan Allah SWT. “Kita berharap semua umat Islam khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya, tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT,” ujarnya.

Gus Fahrur menyatakan bahwa agama adalah tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Karenanya, setiap orang tidak boleh mengaku-ngaku sembarangan. Dia menekankan bahwa dasar ibadah dalam Islam harus sesuai dengan tuntunan syariat yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya.

Menurut Gus Fahrur, semua harus ilmiah, rasional, dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum. Dia juga mengimbau agar umat Muslim di Gunungkidul mengikuti anjuran ulama yang benar. “Tidak semestinya masyarakat mudah percaya pada siapapun yang mengaku memiliki hubungan khusus dengan Gusti Allah tanpa ilmu yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam, karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syariat,” tambahnya.

Gus Fahrur juga meminta masyarakat untuk waspada dan tidak terkecoh dengan hal-hal aneh atau kesaktian. Dia menegaskan bahwa seseorang yang mengaku bisa berkomunikasi dengan Allah SWT tidak berarti memiliki keistimewaan di hadapan Allah SWT. “Orang yang bisa melakukan hal-hal ajaib pun tidak berarti memiliki keistimewaan di hadapan Gusti Allah SWT, karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya. Oleh karena itu, harus diwaspadai bahwa bangsa jin dan setan juga bisa mengaku sebagai gusti Allah atau malaikat untuk menyesatkan manusia,” katanya.

Gus Fahrur juga menyerukan kepada pemerintah agar membuat keputusan awal Ramadan dan 1 Syawal untuk menghindari polemik yang terus-menerus terjadi di berbagai daerah. Menurutnya, hal ini penting agar aturan yang jelas dapat diikuti oleh semua umat Islam di Indonesia.

Video pernyataan pimpinan jemaah Aolia viral di media sosial karena menetapkan 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4) atas dasar perintah Allah SWT. Pernyataan tersebut membingungkan masyarakat, karena tidak sesuai dengan ketentuan agama Islam yang sudah ada.

Sebagai penutup, Gus Fahrur meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal dan untuk tetap mengikuti pedoman agama Islam yang benar. Semua keputusan harus didasarkan pada ilmu dan tuntunan syariat Islam yang jelas.