Perang Israel di Gaza, Palestina masih berlangsung. Di hari ke-20, kehancuran terus terlihat di wilayah tersebut. Jumlah korban terus meningkat dengan serangan udara dan darat yang dilakukan oleh Israel. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 7.028 warga Palestina telah tewas, termasuk 2.913 anak-anak, sejak 7 Oktober. Sementara itu, militer Israel melaporkan bahwa 1.405 orang tewas, termasuk 308 anggota militer dan 58 anggota kepolisian.
Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina menerima 12 truk bantuan dari Bulan Sabit Merah Mesir, yang berisi makanan, obat-obatan, dan perbekalan medis. Namun, belum ada bantuan berisi bahan bakar yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza. Sejauh ini, 200.000 unit rumah atau sekitar 25% wilayah Gaza telah dihancurkan oleh pasukan Israel.
Para dokter di Gaza menggunakan truk es krim untuk mengawetkan jumlah besar jenazah yang terbatas. Karena banyaknya orang yang terbunuh, kamar mayat di seluruh Gaza kewalahan dan petugas pemakaman kesulitan dalam mengidentifikasi dan menguburkan jenazah.
Presiden Brazil, Lula da Silva, menggambarkan eskalasi di Gaza sebagai “genosida” yang telah menewaskan ribuan anak. Para warga Kibbutz Israel juga melakukan unjuk rasa, menuntut pengembalian tawanan yang ditahan di Jalur Gaza.
Tank-tank Israel telah melakukan serangan di Gaza utara sebagai persiapan untuk invasi darat. Jepang mendesak Israel untuk menghentikan penembakan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk. Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa orang-orang yang tidak bersalah di Gaza tidak boleh dihukum.
Hamas mengeluarkan seruan protes di seluruh dunia untuk menghentikan perang di Gaza, termasuk membuka penyeberangan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza. Demonstrasi untuk mendukung Palestina telah meletus di seluruh dunia, sebagai respons terhadap tindakan Israel yang menutup akses ke Gaza.