Hamas Membuka Perekrutan di Lebanon, Bagaimana Kabar Hizbullah?

by -124 Views
Hamas Membuka Perekrutan di Lebanon, Bagaimana Kabar Hizbullah?

Hamas dilaporkan mulai menyerukan perekrutan di Lebanon sejak 4 Desember lalu. Langkah ini kemudian dikecam oleh beberapa partai politik dan pejabat utama Lebanon, di mana mereka menuduh kelompok Palestina tersebut melanggar kedaulatan nasional negara mereka. Namun para analis menyebut perekrutan untuk angkatan bersenjata paralel mungkin akan berakhir demi kepentingan hegemoni militer Hizbullah, khususnya di Lebanon selatan. Hamas diyakini melakukan perekrutan di Lebanon melalui pengumuman di kamp-kamp pengungsi Palestina dan masjid-masjid di sana. “Hizbullah mencoba mendapatkan dukungan dari kelompok Sunni (seperti Hamas di Lebanon) dalam perjuangannya melawan Israel dari Lebanon selatan,” kata Hilal Khashan, profesor ilmu politik di American University of Beirut, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (23/12/2023).
Namun Khashan menyebut aktor lain tidak akan dapat bertindak secara independen karena “Hizbullah sepenuhnya mengendalikan situasi perbatasan.” Hubungan antara Hamas dan Hizbullah kembali terjalin dalam beberapa tahun terakhir setelah perpecahan akibat perang saudara di Suriah. Anggota kepemimpinan Hamas meninggalkan markas mereka sebelumnya di Damaskus pada tahun 2012 setelah mengutuk tindakan brutal Presiden Suriah Bashar al-Assad terhadap protes. Mulai tahun 2017 dan seterusnya, beberapa anggota Hamas kembali ke Lebanon, termasuk Saleh al-Arouri, wakil kepala Biro Politik Hamas; Khalil al-Hayya, pemimpin hubungan Arab dan Islam Hamas; dan Zaher Jabarin, yang bertanggung jawab atas isu-isu terkait tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Tahun lalu, kepemimpinan Hamas mengungkapkan adanya “ruang keamanan bersama” untuk “Poros Perlawanan” – sebuah koalisi militer yang berafiliasi dengan Iran yang mencakup Hamas dan Hizbullah di antara kelompok-kelompok lainnya. Beberapa analis yakin mereka mungkin berbasis di Lebanon, sebab pada April 2023, ketua Hamas Ismail Haniyeh mengunjungi pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut. Para analis percaya kecil kemungkinan Hamas akan menyerukan ekspansi di Lebanon tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan Hizbullah. Hizbullah telah mempertahankan dominasinya di Lebanon selatan selama beberapa dekade. Namun para pejabat Israel baru-baru ini mengatakan mereka tidak bisa lagi menerima kehadiran kelompok tersebut, atau unit elit al-Radwan mereka, di perbatasan utara Israel. Itu sebabnya, menurut beberapa analis, meningkatnya kehadiran Hamas di Lebanon bisa menjadi keputusan taktis yang juga menguntungkan Hizbullah. “Hizbullah sedang mencari sekutu lokal pada periode pascaperang karena komponen militernya akan dipertanyakan karena Israel ingin mereka keluar dari Litani selatan,” kata Khashan. Setelah perang Juli 2006 antara Hizbullah dan Israel, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PPB) mengadopsi Resolusi 1701, yang menyerukan zona demiliterisasi dari Sungai Litani, sungai terpanjang di Lebanon yang mengalir dari kota tepi laut selatan Tirus hingga Lembah Bekaa, hingga apa yang diketahui sebagai “Garis Biru”. Namun ekspansi Hamas di Lebanon tidak hanya bermanfaat bagi Hizbullah. Menurut jajak pendapat baru-baru ini, ketika Hamas dikepung di Gaza, popularitasnya di Tepi Barat meningkat, di Lebanon, kelompok ini mungkin ingin memanfaatkan peningkatan popularitas mereka dan mengalahkan saingan politik mereka. “Dengan menumbuhkan kader mereka di Lebanon, Hamas dapat mengatakan bahwa kami memperkuat posisi politik kami di mana pun kami berada,” kata Drew Mikhael, pakar pengungsi Palestina di Lebanon. “Tidak ada aktor atau partai politik yang tidak menginginkan lebih banyak kekuasaan.” Setelah serangan Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 warga sipil dan personel militer, menurut pejabat Israel, Israel terus membombardir Gaza. Akibatnya lebih dari 18.000 orang telah terbunuh di Gaza. Sementara di negara tetangga, Lebanon, lebih dari 100 orang tewas sejak Hizbullah pertama kali menyerang Israel dengan rudal pada tanggal 8 Oktober. Sebagian besar korban tewas adalah para pejuang Hizbullah yang telah berupaya untuk mencegah kekuatan penuh Israel menyerang Hamas.