Perang Baru Pecah di Gaza Saat Israel Menyerang Hamas

by -138 Views
Perang Baru Pecah di Gaza Saat Israel Menyerang Hamas

Gencatan senjata sementara masih berlangsung di Gaza, Palestina, antara Israel dan Hamas. Sebelumnya jeda perang empat hari yang berakhir Senin, telah diperpanjang 48 jam ke depan hingga Rabu (29/11/2023) ini.

Namun, sinyal baru muncul dari tentara Israel (IDF). Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Herzi Halevi menyatakan pasukannya telah mempersiapkan perang baru melawan Hamas, meski pembicaraan diplomatik lain sedang berlangsung untuk makin memperpanjang gencatan senjata. “IDF bersiap untuk terus berjuang untuk membongkar Hamas,” katanya.

“Hari ini, IDF siap untuk melanjutkan pertempuran,” tegasnya. Ia mengulangi tujuan operasi militer Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Ia pun mengatakan pihaknya menggunakan hari-hari gencatan senjata sebagai bagian dari kesiapan operasi baru.

Mengutip analis Doha Institute for Graduate Studies, Omar Ashour, perang baru lagi di Gaza mungkin tak bisa terelakkan. Pasukan Israel dan Hamas kemungkinan besar menggunakan jeda dalam pertempuran untuk menyusun kembali unit-unit yang kekurangan amunisi atau melukai para pejuangnya.

Diketahui perang Israel dan Hamas terjadi sejak 7 Oktober. Sedikitnya 15.000 warga sipil Gaza, didominasi anak-anak dan wanita, tewas, sementara 1.400 warga Israel meregang nyawa, rata-rata pada kejadian 7 Oktober.

Dalam laporan Institute for National Security Studies (INSS), dikutip dari Moody’s, perang dengan kelompok Hamas merugikan Israel. Bahkan setidaknya US$ 269 juta (sekitar Rp 4,1 miliar) per hari hilang di negara itu. Perang Gaza dikatakan memberikan pukulan yang lebih besar terhadap perekonomian negara tersebut dibandingkan konflik-konflik sebelumnya. Ini pun bisa menjadi ancaman terhadap ekonomi Israel.

Moody’s menjelaskan bagaimana beban keuangan Israel akan jauh lebih tinggi dibandingkan operasi militer sebelumnya, seperti Protective Edge pada tahun 2014 atau Perang Lebanon Kedua pada tahun 2006, yang berlangsung selama 34 hari. Perang mendorong Moody’s merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi Israel dari 3% yang sebelumnya diperkirakan menjadi 2,4% pada tahun ini. Dalam prospek tahun 2024 yang pesimistis, lembaga pemeringkat melihat PDB mengalami kontraksi sekitar 1,5%.

Sebelumnya, badan ini menempatkan peringkat kredit Israel A1. Namun, dalam peninjauan, Moody’s memprediksi kemungkinan penurunan peringkat.