Dua gempa susulan yang kuat mengguncang Afghanistan timur dengan selisih 12 jam setelah gempa berkekuatan M 6,2 mengguncang Afghanistan tenggara pada Kamis (4/9) waktu setempat. Gempa susulan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan korban jiwa dan kerusakan tambahan di wilayah yang terkena dampak gempa bumi sebelumnya. Hingga saat ini, sekitar 2.200 orang telah meninggal akibat bencana tersebut.
Organisasi kesehatan dan badan-badan lainnya menyuarakan kebutuhan mendesak akan dana, makanan, pasokan medis, dan tempat tinggal di wilayah yang terdampak. Pemerintahan Taliban memperkirakan jumlah korban tewas dan luka akibat gempa tersebut. Para korban di daerah rawan gempa tersebut berjuang untuk mendapatkan kebutuhan dasar sementara petugas penyelamat berjuang melawan medan yang sulit dan cuaca buruk.
Gempa susulan terbaru telah menambah ketegangan setelah dua gempa bumi sebelumnya menerjang negara yang telah terpuruk akibat perang dan kemiskinan. Ambulans telah membawa puluhan orang yang terluka ke rumah sakit setelah gempa berkekuatan 6,2 pada Kamis malam di Provinsi Nangarhar. Beberapa keluarga memilih untuk tinggal di tempat terbuka daripada kembali ke rumah karena kondisi rumah yang rentan.
Upaya penyelamatan dan bantuan di daerah terdampak kembali terkendala oleh batu dan tanah yang runtuh, mempersulit akses ke desa-desa yang membutuhkan bantuan. Dengan adanya lebih dari 6.700 rumah hancur akibat gempa, petugas penyelamat terus berupaya mengevakuasi korban yang tertimbun reruntuhan. Gempa bumi di Afghanistan cenderung terjadi di pegunungan Hindu Kush, di mana lempeng tektonik India dan Eurasia bertemu.