Pertempuran di Gaza masih terus berlangsung, lebih dari enam minggu setelah serangan mengejutkan Hamas yang memicu serangan udara dan darat oleh Israel, yang telah berjanji untuk menghancurkan kelompok militan Palestina tersebut.
Menurut otoritas kesehatan yang dikuasai Hamas, di Gaza, sekitar 13.000 orang, lebih dari 5.500 di antaranya anak-anak, tewas dalam konflik tersebut.
Sementara itu, sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas di Israel selama serangan 7 Oktober dan sekitar 240 orang disandera.
Militer Israel pada Minggu (19/11/2023) mengatakan pihaknya telah menemukan sebuah terowongan di bawah rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza yang membentang 55 meter di bawah kompleks tempat tentara melakukan operasi besar. “Pasukan IDF mengungkap terowongan teror sepanjang 55 meter sedalam 10 meter di bawah kompleks rumah sakit Shifa, yang berada di bawah rumah sakit dan berakhir di pintu ledakan,” kata pernyataan militer Israel, sebagaimana dilansir AFP. Adapun Hamas membantah tuduhan Israel bahwa mereka menggunakan rumah sakit sebagai basis operasi.
Pemerintah Hamas di Gaza mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat pengeboman udara Israel yang tiada henti di wilayah Palestina, dan pertempuran antara pasukan Israel dan militan Hamas telah mencapai 13.000 orang sejak 7 Oktober. Pemerintah Hamas mengatakan lebih dari 5.500 anak-anak termasuk di antara korban tewas, 3.500 wanita, dan 30.000 orang lainnya terluka. Kementerian kesehatannya sebelumnya mengatakan pihaknya tidak dapat lagi memberikan jumlah pasti korban karena pertempuran sengit yang menghambat evakuasi jenazah.
Tingkat kekerasan yang melanda Gaza dalam beberapa hari terakhir tidak dapat diduga, kata kepala hak asasi manusia PBB pada hari Minggu. “Peristiwa mengerikan dalam 48 jam terakhir di Gaza tidak dapat dipercaya,” kata Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk dalam sebuah pernyataan. Di Khan Yunis, di Gaza selatan, militer Israel “menyebarkan selebaran yang menuntut warga untuk pergi ke ‘tempat penampungan yang diakui’, bahkan ketika serangan terjadi di seluruh Gaza”, katanya. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pihaknya telah memimpin misi penilaian ke rumah sakit Al-Shifa – rumah sakit terbesar di Gaza dan pusat perang dalam beberapa hari terakhir – dan menetapkan bahwa rumah sakit itu adalah “zona kematian”, dan mendesak evakuasi penuh.
Petugas medis Palestina mengevakuasi 31 bayi prematur dari rumah sakit Al-Shifa pada Minggu dalam operasi berisiko tinggi, kata PBB, dan berjanji juga akan memindahkan pasien dan staf yang masih berada di sana. Mohammed Zaqut, direktur jenderal rumah sakit di Gaza, mengatakan kepada AFP “semua 31 bayi prematur di rumah sakit Al-Shifa telah dievakuasi” bersama dengan tiga dokter dan dua perawat, dan “persiapan sedang dilakukan” bagi mereka untuk memasuki Mesir untuk perawatan. Delapan bayi meninggal dalam beberapa hari terakhir setelah pasokan listrik di Al-Shifa habis, dan listrik tidak cukup untuk terus mengoperasikan inkubator, kata kementerian kesehatan Gaza.
Perdana Menteri Qatar, seorang mediator yang membantu menengahi perundingan untuk membebaskan sandera Hamas di Gaza dengan imbalan gencatan senjata, mengatakan pada Minggu “tantangan yang masih ada dalam perundingan tersebut sangat kecil”, namun tidak memberikan rincian atau batas waktunya. “Saya pikir saya sekarang lebih yakin bahwa kita sudah cukup dekat untuk mencapai kesepakatan yang dapat membawa masyarakat kembali ke rumah mereka dengan selamat,” kata Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Wakil penasihat keamanan nasional AS Jon Finer mengatakan kepada NBC bahwa mereka “lebih dekat dibandingkan sebelumnya” untuk mencapai kesepakatan. Namun dia menegaskan “tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati benar-benar berlaku.”