Perang dagang yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terus menjadi sorotan utama dunia, terutama dalam kebijakan ekonomi global. Trump menerapkan hukuman tarif pada negara-negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS, sehingga memicu ketegangan dan ketidakpastian di pasar internasional. China, salah satu negara yang menjadi sasaran tarif AS, mengecam keras langkah ini di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menyebut bahwa tarif tersebut berpotensi menimbulkan inflasi, distorsi pasar, dan bahkan resesi global. Dalam menghadapi serangkaian kejutan tarif ini, China dan AS terlibat dalam ketegangan dagang yang semakin meningkat.
Selain itu, Trump juga mengumumkan rencana penerapan tarif baru, termasuk pada sektor otomotif. Pengumuman ini menuai berbagai reaksi, baik dari kalangan produsen mobil AS hingga ekonomi yang khawatir dengan dampaknya terhadap pasar. Sementara itu, bank sentral Australia memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun, menghadapi gejolak global dan ketidakpastian yang semakin meningkat.
Di tengah situasi itu, Meksiko dan Singapura juga berusaha memitigasi dampak perang dagang yang mengemuka. Meksiko mengunjungi AS untuk melakukan pembicaraan guna menghindari tarif perdagangan, sementara Singapura memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat sebagai akibat dari ketegangan global antara AS dan China. Sejumlah negara dunia lainnya juga bersiap menghadapi potensi perang dagang yang dapat memberikan dampak negatif pada ekonomi global.
Presiden China, Xi Jinping, turut mengambil langkah-langkah strategis dengan mengumpulkan semua pebisnis China untuk membahas perkembangan ekonomi negara. Pertemuan ini menjadi langkah baru Xi dalam menghadapi perubahan ekonomi global yang semakin kompleks. Semua ini berlangsung di tengah kondisi global yang dipenuhi ketidakpastian, karena kebijakan perdagangan Trump yang semakin memberikan dampak negatif yang merambat ke berbagai sektor dan negara di seluruh dunia.
