Perang Besar Baru di China: Strategi Senjata Makan Tuan

by -45 Views

China sedang menghadapi fenomena perang harga di berbagai sektor, yang mencakup otomotif, layanan pengiriman makanan, dan industri panel surya. Hal ini tidak hanya menekan keuntungan perusahaan dan memperburuk deflasi nasional, tetapi juga memunculkan dilema bagi konsumen. Di tengah perlambatan ekonomi dan penurunan di pasar properti, konsumen di China menjadi sangat sensitif terhadap harga. Sebagai hasilnya, produsen mobil telah memberikan potongan harga besar-besaran, didorong oleh subsidi pemerintah.

Situasi yang sama juga terjadi di sektor e-commerce dan layanan pesan-antar instan. Perusahaan raksasa seperti Alibaba, JD.com, dan Meituan bersaing dengan promosi agresif, termasuk menawarkan minuman bubble tea dengan harga sangat murah. Meskipun persaingan ini memberikan keuntungan bagi pembeli, terdapat konsekuensi negatif yang harus diperhatikan.

Penurunan harga bisa meningkatkan ketidakpastian bagi konsumen seperti Yu Peng, yang merasa bahwa mungkin terdapat biaya tersembunyi yang tidak terlihat. Beberapa konsumen bahkan mengeluhkan penurunan kualitas produk dan fitur keselamatan yang dikorbankan demi menekan biaya. Pemerintah China mulai merespons fenomena ini dengan mengawasi persaingan yang tidak sehat dan mendorong kompetisi berbasis teknologi, bukan hanya harga.

Selain mempengaruhi pasar dalam negeri, perang harga di China juga berdampak pada pasar global, khususnya di sektor mobil listrik. Mobil listrik buatan China mulai mengisi pasar di Eropa dengan menawarkan fitur lebih baik pada harga yang bersaing. Hal ini menimbulkan tantangan bagi produsen Eropa untuk membangun rantai pasok lokal, sambil memenuhi kekhawatiran konsumen Eropa terkait dampak ekonomi yang lebih luas. Beberapa produsen besar seperti Ford dan Volvo bahkan telah mengurangi jumlah tenaga kerja mereka di Eropa sebagai respons terhadap tekanan yang semakin meningkat dari produsen mobil asal China.

Source link