Pemerintah Indonesia segera meresmikan dua ladang minyak dan gas bumi (migas) di Natuna, demikian diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Hal ini disampaikan setelah rapat pimpinan (rapim) internal di Kementerian ESDM. Salah satu topik yang dibahas dalam rapim adalah program hilirisasi dan lifting migas. Pengembangan lapangan minyak di Natuna diharapkan dapat meningkatkan lifting migas nasional.
Bahlil enggan memberikan rincian mengenai nama blok dan proyeksi produksi dua lapangan tersebut. Namun, ia menyatakan bahwa informasi lebih lanjut akan disampaikan setelah peresmian lapangan tersebut. Sebelumnya, Bahlil telah memastikan bahwa target produksi minyak 1 juta barel per hari pada tahun 2030 tetap utuh. Meskipun terdengar tidak rasional, Bahlil yakin bahwa target tersebut bisa tercapai sesuai dengan Master Plan Produksi migas nasional.
Selain itu, Bahlil juga menyoroti defisit gas yang dialami oleh Indonesia. Menurutnya, defisit tersebut disebabkan oleh konsumsi dalam negeri yang meningkat tanpa perencanaan kebutuhan gas yang optimal. Namun, melalui review, ia menegaskan bahwa alokasi produksi gas harus difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Bahlil juga memproyeksikan peningkatan lifting gas pada tahun 2026 dan 2027, dengan harapan tidak ada impor gas selama periode tersebut, kecuali dalam situasi darurat.