Gaun pernikahan di Amerika Serikat mengalami kenaikan harga yang signifikan akibat dari tarif dagang yang tinggi yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap China sebesar 145%. Denise Buzy-Pucheu, pemilik The Persnickety Bride di Newton, Amerika Serikat, telah menginformasikan kepada para pelanggannya bahwa harga gaun pernikahan telah naik karena tarif tersebut. Gaun pengantin biasanya diproduksi di China atau wilayah Asia lainnya, termasuk berbagai komponen seperti kain, kancing, dan bahan lainnya. Sulitnya menemukan penjahit terampil di AS serta biaya produksi yang lebih rendah di negara lain menyebabkan harga gaun pengantin menjadi terdampak.
Industri penyedia perlengkapan pernikahan di AS, termasuk gaun pengantin, sangat rentan terhadap tarif dagang. Organisasi seperti National Bridal Retailers Association (NBRA) telah berupaya untuk melawan tarif tersebut dengan meluncurkan kampanye serta meminta pengecualian terhadap produk pernikahan kepada anggota parlemen dan Gedung Putih. Stephen Lang, CEO Mon Cheri, juga telah memulai petisi daring untuk menentang tarif tersebut yang mengancam kelangsungan bisnis dan toko-toko kecil di AS.
Perusahaan seperti David’s Bridal telah mulai memindahkan pabriknya dari China ke negara lain, seperti Myanmar dan Vietnam, untuk menghindari tarif yang tinggi. Selain itu, upaya dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dengan menggunakan teknologi baru agar harga tidak perlu dinaikkan. Dampak tarif dagang yang signifikan telah membuat harga gaun pengantin di AS menjadi lebih mahal, dan para pelanggan harus siap menghadapi kenaikan harga dalam waktu dekat. Harga rata-rata gaun pengantin di AS sekitar US$ 2.100, dengan total biaya pernikahan mencapai ribuan dolar menurut laporan dari beberapa perusahaan terkait industri pernikahan. Proses pemindahan produksi dari China ke negara lain juga menjadi strategi perusahaan untuk mengatasi tarif yang tinggi.