Budaya Solidaritas Saling Klakson di Kalangan Pengguna Vespa
Dalam komunitas pengguna Vespa, tradisi saling klakson, melambaikan tangan, atau mengangguk saat berpapasan di jalan bukanlah hal yang asing. Tradisi sederhana ini sebenarnya mengandung makna solidaritas yang mendalam dan telah menjadi bagian integral dari budaya komunitas Vespa selama bertahun-tahun. Namun, sayangnya, kebiasaan ini mulai memudar, terutama di kalangan pengguna Vespa matik generasi baru.
Om Benk, seorang pecinta Vespa klasik yang aktif di berbagai kegiatan komunitas, mengungkapkan bahwa dulu sesama pengguna Vespa selalu saling sapa di jalan, bahkan membantu jika ada yang mogok. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman dan munculnya varian Vespa modern, nilai-nilai kebersamaan ini mulai terkikis.
Dukungan solidaritas di antara pengguna Vespa juga dikomentari oleh pengamat transportasi, Muslich Zainal Asikin. Ia menyoroti interaksi sosial unik di antara pengguna Vespa, di mana solidaritas mereka tinggi karena merasa satu nasib. Menurutnya, akar budaya solidaritas ini tak lepas dari sejarah penggunaan Vespa di Eropa, di mana skuter tersebut menjadi simbol gaya hidup, kebebasan, dan solidaritas.
Di Indonesia sendiri, sejak era 1970-an Vespa telah menjadi kendaraan favorit masyarakat yang membentuk komunitas dengan prinsip egaliter. Salah satu contohnya adalah komunitas Lhapscoot yang menekankan kerja sama, solidaritas, dan nilai kemanusiaan di antara anggotanya. Namun, generasi baru pengguna Vespa, terutama yang menggunakan model matik, belum sepenuhnya memahami tradisi solidaritas ini.
Derasnya arus modernisasi dan individualisme menjadi tantangan bagi komunitas Vespa untuk menjaga tradisi kecil seperti saling klakson sebagai simbol persaudaraan. Berbagai upaya perlu dilakukan agar solidaritas di antara pengguna Vespa tetap terjaga, agar tidak hanya menjadi cerita masa lalu yang terkikis oleh zaman.