Tekanan ekonomi yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 saat ini mirip dengan situasi yang terjadi pada masa lalu, terutama dalam konteks perang dagang yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan menerapkan tarif tinggi terhadap semua negara, termasuk Indonesia dengan tarif hingga 32%. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, tanda-tanda kekhawatiran terhadap tekanan ekonomi yang terjadi saat ini terlihat dari kenaikan Volatility Index atau VIX Index yang melonjak hingga mencapai level 50.
Meskipun VIX Index mengalami lonjakan signifikan seperti halnya saat masa pandemi Covid-19, Sri Mulyani menilai bahwa angka indeks saat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode krisis sebelumnya. Pada masa itu, VIX Index bahkan mencapai level di atas 80. Tingginya ketidakpastian dan gejolak ekonomi yang tercermin dari kenaikan VIX Index juga membuat sejumlah lembaga investasi global meningkatkan prediksi terkait resesi yang mungkin dihadapi oleh beberapa negara, terutama AS.
Sri Mulyani juga menyoroti bahwa beberapa lembaga investasi global seperti JP Morgan dan Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan masuknya AS ke dalam resesi, dengan probabilitasnya kini naik hingga 60% dari sebelumnya di bawah 50%. Dampak dari potensi resesi di AS akibat kebijakan perang dagangnya diperkirakan akan terjadi dalam bentuk penurunan harga komoditas global. Hal ini dikarenakan perkiraan permintaan yang turun jika resesi terjadi.
Dengan pandangan tersebut, terlihat bahwa komoditas harga cenderung menurun, Sri Mulyani berpendapat bahwa outlook seperti ini bisa memengaruhi harga komoditas global karena turunnya permintaan jika terjadi resesi. Karena itu, peringatan tersebut merupakan upaya untuk mempersiapkan diri dan tetap waspada tanpa menimbulkan kepanikan. Dengan demikian, Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga kewaspadaan dalam menghadapi tekanan ekonomi yang terjadi saat ini.