Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mendorong percepatan Final Investment Decision (FID) proyek Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, Maluku agar bisa dilakukan pada tahun 2026. Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menegaskan pentingnya percepatan tersebut dalam acara peluncuran OLNG FEED Masela di Jakarta pada Rabu, 9 April 2025. Inpex Corporation, perusahaan minyak dan gas bumi asal Jepang, baru saja meluncurkan Front-End Engineering Design (FEED) untuk proyek tersebut dengan harapan penandatanganan FID dapat dilakukan pada tahun depan.
Blok Masela merupakan fokus utama proyek ini, di mana Inpex memiliki hak partisipasi sebesar 65%. Sebelumnya, Shell turut serta dalam proyek ini dengan kepemilikan 35%, namun kemudian memutuskan untuk keluar. PT Pertamina Hulu Energi dan Petronas kemudian mengambil alih saham Shell dengan persetujuan dari Menteri ESDM pada Oktober 2023.
Lapangan Gas Abadi di Blok Masela merupakan lapangan gas laut dalam terbesar di Indonesia, dengan potensi gas mencapai 6,97 triliun kaki kubik. Kontrak bagi hasil (PSC) Masela hingga tahun 2055 ini berpotensi menghasilkan 9,5 MMTPA LNG dan 150 MMSCFD gas pipa, serta produksi kondensat sebesar 35.000 barel per hari.
Proyek ini menjanjikan investasi sekitar US$ 20 miliar untuk pembangunan Kilang LNG Masela di darat. Pengembangan lapangan green field ini memiliki banyak tantangan dan potensi besar untuk menghasilkan clean LNG dengan menerapkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) demi mendukung program pemerintah dalam mengurangi emisi karbon.
Diharapkan, penandatanganan FID proyek Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, Maluku dapat dilakukan pada tahun 2026 untuk memajukan industri migas di Indonesia. Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan ketahanan energi negara.