Suriah mengalami pemadaman listrik nasional karena malfungsi di sejumlah titik jaringan listrik nasional. Kementerian Energi negara tersebut mengungkapkan bahwa tim teknis sedang berupaya menangani masalah tersebut sejak Selasa malam. Meskipun belum ada indikasi bahwa serangan menjadi penyebabnya, pemadaman ini ternyata disebabkan oleh kesalahan teknis dalam sistem kelistrikan. Direktur Badan Umum untuk Transmisi dan Distribusi Listrik, insinyur Khaled Abu Dai, menyatakan bahwa berbagai upaya sedang dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut dan mengembalikan pasokan listrik secepat mungkin.
Kondisi kekurangan listrik yang parah di Suriah juga disebabkan oleh kerusakan jaringan listrik. Damaskus sebelumnya mengimpor sebagian besar minyak dari Iran untuk keperluan pembangkit listrik, namun pasokan tersebut terputus setelah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memimpin penggulingan mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, yang bersekutu dengan Iran. Pemerintah sementara di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa berkomitmen untuk meningkatkan pasokan listrik dengan mengimport listrik dari Yordania dan menggunakan kapal listrik terapung. Selain itu, Suriah juga akan menerima dua kapal pembangkit listrik dari Turki dan Qatar sebagai upaya untuk meningkatkan pasokan energi. Jutaan warga Suriah masih kesulitan dalam mengakses pasokan listrik reguler karena tidak mampu memasang panel surya atau membayar biaya generator swasta.
Pemerintah Suriah yang baru berusaha memulihkan infrastruktur yang rusak akibat konflik selama 14 tahun, serta mengupayakan pembatalan sanksi ekonomi dari negara Barat untuk menghidupkan kembali perekonomian Suriah. Negara ini juga telah menjadi target serangan Israel yang menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dasar. Serangan-serangan udara Israel telah melanda Suriah sejak al-Assad digulingkan, dengan klaim bahwa tujuannya adalah menyerang target Iran dan Hizbullah. Israel bahkan rutin melakukan serangan udara saat al-Assad masih berkuasa, terutama pada wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki.