Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Just Energy Transition Partnership (JETP) tetap berlanjut, meskipun Amerika Serikat (AS) keluar dari inisiatif pendanaan transisi energi tersebut. Indonesia bersama mitra internasional sedang membahas strategi untuk mempercepat implementasi JETP guna mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat dengan dukungan internasional. Dalam Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Menko Airlangga Hartarto, disebutkan bahwa telah ada 54 proyek yang mendapatkan dukungan pendanaan internasional dengan total komitmen sebesar US$ 1,1 miliar.
Proyek-proyek tersebut terdiri dari berbagai jenis, termasuk yang mendapatkan pinjaman atau ekuitas, serta yang menerima hibah. Selain itu, IPG telah mengamankan jaminan dari Multilateral Development Banks (MDB) Guarantee senilai US$ 1 miliar untuk mempercepat pelaksanaan proyek transisi energi bersih. Dalam rapat tersebut, dibahas juga strategi percepatan implementasi transisi energi seperti revisi Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) serta pencairan dan skema pendanaan yang lebih optimal.
Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memastikan keberhasilan transisi energi yang efektif, inklusif, dan kompetitif. Kolaborasi antara Pemerintah, sektor swasta, dan mitra internasional diharapkan mampu mempercepat adopsi teknologi rendah karbon dan optimasi pendanaan hijau. Airlangga juga menyebutkan beberapa proyek yang menjadi fokus JETP, seperti Muara Laboh di Sumatera Barat dan proyek photovoltage di Saguling.
Pemerintah Indonesia memiliki target pengurangan emisi yang ambisius dan telah membentuk Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau untuk mencapainya. Dengan langkah-langkah konkret yang diambil dan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, Indonesia optimistis dapat berhasil dalam transisi energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.