Amerika Serikat (AS), yang saat ini dipimpin oleh Presiden Donald Trump, telah mengubah pendekatan dalam konflik antara Rusia dan Ukraina dengan mulai mendukung Moskow. Langkah tersebut diambil dengan beberapa alasan yang menjadi dasar keputusan AS dalam mendukung Ukraina, yang dirangkum dari berbagai sumber terpercaya. Salah satu alasannya adalah AS ingin segera mengakhiri perang di Ukraina. Sejak awal pemerintahan Trump, pihak AS telah menunjukkan kesediaan untuk melakukan lebih banyak pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tujuan menghentikan konflik di Ukraina. Adanya pertemuan AS dan Rusia di Riyadh, Arab Saudi, pada pertengahan Februari, menunjukkan adanya penekanan dari Rusia terutama dalam menolak aliansi NATO dengan Ukraina. Meski begitu, pertemuan tersebut tidak melibatkan pihak Ukraina, dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy menunda rencana kunjungannya ke Arab Saudi untuk menghindari memberikan “legitimasi” pada perundingan AS-Rusia tanpa sepengetahuan Ukraina.
Selain itu, Trump juga terlihat ‘kangen’ dengan Putin dan berupaya untuk mengembalikan Russia ke dalam kelompok G8. Meskipun Rusia telah dikeluarkan dari kelompok tersebut pada tahun 2014 setelah aneksasi Krimea, Trump menyatakan keinginannya untuk melibatkan Rusia kembali dalam G8. Saat ini, AS juga tertarik untuk bekerja sama dengan Rusia dalam bidang ekonomi, terutama karena kondisi ekonomi Rusia yang tertekan oleh sanksi Barat, stimulus fiskal yang tinggi, inflasi yang melonjak, dan suku bunga yang meningkat. Dorongan dari Washington juga muncul sebagai potensi juru selamat bagi Rusia dalam menangani masalah ekonomi akibat konflik di Ukraina. Kedua negara berpeluang merundingkan akhir diplomatis dari konflik tersebut yang dapat meredakan tekanan ekonomi dan membuka jalan bagi pemulihan hubungan ekonomi antara AS dan Rusia.