Para pemimpin negara-negara Arab berkumpul di Arab Saudi untuk mendiskusikan rencana Presiden AS Donald Trump yang kontroversial. Rencana tersebut mencakup pencaplokan Jalur Gaza dan relokasi lebih dari 2 juta warga Palestina ke negara lain secara permanen. Pertemuan informal ini dihadiri oleh pemimpin dari 7 negara Arab: Arab Saudi, Mesir, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain.
Reaksi negara-negara Arab terhadap rencana Trump menunjukkan persatuan, meskipun masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penanganan wilayah Gaza dan pendanaan rekonstruksinya. Seorang pakar kebijakan luar negeri Arab Saudi, Umer Karim, menyebut pertemuan ini sebagai yang “paling penting” dalam beberapa dekade terakhir bagi dunia Arab dan masalah Palestina.
Rencana Trump telah memicu kemarahan global dan mendorong negara-negara Arab untuk bersatu. Pembahasan mengenai rencana relokasi penduduk Gaza direncanakan akan menjadi agenda utama dalam KTT darurat Arab yang akan datang. Mesir, sebagai salah satu negara yang terlibat, akan menyampaikan rencana ke depan. Pembangunan ulang Gaza juga akan menjadi fokus utama setelah relokasi penduduk, dengan estimasi biaya yang mencapai miliaran dolar.
Rencana rekonstruksi Gaza akan dilakukan dalam beberapa tahap selama beberapa tahun ke depan, dengan tahap pertama berfokus pada pemulihan awal dan identifikasi zona aman untuk penduduk yang direlokasi sementara. Sementara itu, tahap-tahap berikutnya akan melibatkan konferensi internasional, pembangunan infrastruktur, dan perencanaan kota Gaza.
PBB memperkirakan biaya pembangunan Gaza akan mencapai angka yang sangat tinggi, dengan lebih dari 20 miliar dolar di tahun-tahun pertama saja. Inisiatif terakhir dari rencana rekonstruksi Gaza adalah meluncurkan jalur politik untuk menerapkan solusi dua negara dan mendorong gencatan senjata yang berkelanjutan. Semua ini menunjukkan kerja sama yang kuat antara negara-negara Arab dalam menghadapi tantangan besar ini.