“Investigasi Terbaru: Potensi Iran di Ujung Tanduk-Israel”

by -17 Views
“Investigasi Terbaru: Potensi Iran di Ujung Tanduk-Israel”

Presiden Suriah Bashar al-Assad berhasil digulingkan dan tumbang dari takhtanya setelah 13 tahun berlangsungnya Perang Saudara di Negeri Syam. Pasukan pemberontak Suriah, dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), merebut ibu kota Damaskus setelah menguasai sejumlah kota utama seperti Aleppo dan Deir El Zor. Assad dan para pejabat kabur dari negara tersebut dan mencari suaka di Moskow. Rusia, sekutu utama Assad, memberikan suaka kepada mereka atas dasar kemanusiaan. Keruntuhan rezim Assad disambut dengan euforia di Suriah, di mana keluarga-keluarga menuju istana presiden dan warga merayakan dengan nyanyian dan doa.

Negara-negara Arab, seperti Qatar, bertemu untuk mencegah ancaman mengembalikan perang saudara di Suriah. Turki dan Qatar berperan penting dalam mediasi dan pembentukan pemerintahan baru di Suriah. Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap ISIS di Suriah setelah kejatuhan Assad, dengan tujuan mencegah kelompok bersenjata tersebut memanfaatkan situasi. Iran juga berupaya mempertahankan pengaruhnya di Suriah dengan membuka jalur komunikasi langsung dengan kelompok-kelompok dalam kepemimpinan baru di negara tersebut.

Israel, setelah keruntuhan rezim Assad, berniat merebut zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan dengan Suriah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukannya untuk merebut zona penyangga dan posisi komando di dekatnya, mengingat adanya ketegangan dan pelemahan perjanjian pelepasan antara kedua negara. Pasukan Israel telah dikerahkan di zona penyangga di Dataran Tinggi Golan untuk memastikan keamanan warga. Seluruh perubahan di Suriah pasca-kejatuhan Assad juga telah menarik perhatian Iran, AS, Israel, dan negara-negara Arab untuk mengambil langkah-langkah dalam merespons dan membentuk masa depan Suriah.