Menurut data terbaru dari Copernicus Climate Change Service (C3S), tahun 2024 diprediksi akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah dengan suhu rata-rata global mencapai 1,60°C di atas level pra-industri. November 2024 bahkan mencatat suhu permukaan global rata-rata sebesar 1,62°C di atas level sebelum revolusi industri, membuatnya bulan ke-16 dari 17 bulan terakhir yang melampaui ambang batas 1,5°C. Para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu rata-rata tahunan akan melampaui rekor sebelumnya sebesar 1,48°C yang terjadi pada 2023. Meskipun Perjanjian Paris bertujuan untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C, tren kenaikan suhu seperti ini mengurangi peluang untuk mempertahankan batas tersebut. Pemanasan global yang terjadi juga menyebabkan intensifikasi cuaca ekstrem di seluruh dunia, dengan gelombang panas, badai yang lebih hebat, banjir yang lebih buruk, dan kebakaran hutan yang meluas. Dampak dari krisis iklim juga terlihat pada ekonomi, dimana kerugian akibat cuaca ekstrem meningkat menjadi US$320 miliar, dengan lebih dari setengahnya tidak diasuransikan karena masyarakat miskin tidak mampu membayar premi. Langkah-langkah adaptasi seperti pembangunan infrastruktur perlindungan dirasa sangat penting untuk menghadapi meningkatnya kerugian dari perubahan iklim.