Anggrek, dengan segala keindahan dan manfaatnya, menjadi salah satu potensi besar Indonesia dalam sektor florikultura. Keanekaragaman spesies anggrek di Indonesia mencapai 5.000, menawarkan tidak hanya keindahan visual tetapi juga manfaat kesehatan melalui senyawa kimia yang dimilikinya. Salah satu spesies yang menonjol adalah Anggrek Merpati atau Dendrobium crumenatum, yang terkenal karena kandungan alkaloid dan flavonoidnya yang dapat melawan infeksi.
Produksi anggrek terbesar di Indonesia tercatat di Provinsi Banten, di mana produksi Anggrek Potong mencapai 1,20 juta tangkai. Ekspor anggrek Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 132 ribu kilogram senilai Rp 12,4 miliar dari 2017 hingga 2019.
Meskipun keindahan anggrek telah dikenal luas, manfaatnya dalam kesehatan juga semakin diakui. Anggrek digunakan dalam pengobatan tradisional untuk meredakan demam, mengobati luka bakar, dan mengatasi infeksi karena sifat antimikroba dan antiinflamasi yang dimilikinya. Namun, riset medis terkait anggrek masih minim di Indonesia, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap potensi kesehatan yang lebih besar dari spesies anggrek yang ada di tanah air.
Menariknya, peneliti BRIN Latifa Nuraini menyatakan bahwa Indonesia perlu memanfaatkan kekayaan spesies anggreknya untuk riset medis agar negara ini dapat menjadi solusi kesehatan di masa depan. Bahkan kelangkaan beberapa spesies anggrek di Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan penelitian tersebut. Diperlukan upaya yang bijak untuk melestarikan dan meneliti kekayaan anggrek Indonesia agar manfaatnya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.