Kepopuleran kasus kriminalitas yang melibatkan lansia di Jepang telah menggegerkan masyarakat. Meskipun Jepang terkenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan sejahtera, namun kenyataannya, banyak lansia di Jepang yang akhirnya mencari perlindungan di balik jeruji besi penjara. Menurut laporan dari BBC International, para lansia di Jepang melihat penjara sebagai tempat yang memberikan kebutuhan dasar mereka, seperti tempat tinggal, layanan kesehatan 24 jam, dan keamanan finansial.
Hal ini terjadi karena kehidupan lansia di Jepang tidak selalu membaik seiring bertambahnya usia. Mahalnya biaya hidup, kesehatan, dan kesepian seringkali menjadi beban bagi lansia di Jepang. Data pemerintah menunjukkan bahwa jumlah pelaku kriminal di atas usia 65 tahun di Jepang telah meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir, dengan persentase peningkatan yang mencapai angka 7%. Bahkan menurut laporan The Guardian pada 2006, 12% dari total populasi tahanan di Jepang adalah lansia berusia di atas 60 tahun.
Salah satu contoh adalah kisah Toshio Takata, seorang kakek berusia 64 tahun yang sengaja mencuri sepeda untuk masuk penjara demi mendapatkan kehidupan yang lebih terjamin. Meskipun tidak mendapatkan kebebasan, di penjara Toshio merasa lebih terjamin secara finansial. Begitu pula dengan kasus para perempuan lansia, dimana mayoritas dari mereka masuk penjara atas alasan kesepian atau masalah keluarga.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa lansia di Jepang memandang penjara sebagai tempat yang memberikan kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Jepang pun mulai melunak dalam menangani narapidana lansia, namun penanganan yang lebih holistik perlu dilakukan, seperti peningkatan sistem jaring pengaman sosial dan reformasi hukum agar kasus kriminalitas di kalangan lansia dapat dikurangi. Dengan proyeksi populasi lansia yang semakin tinggi di masa depan, penanganan yang tepat perlu segera diimplementasikan untuk mencegah peningkatan kriminalitas di kalangan lansia di Jepang.