Jakarta, CNBC Indonesia – Turki akan membahas perang Gaza dan hubungannya dengan Liga Arab ketika menteri luar negerinya menghadiri pertemuan menteri kelompok tersebut di Kairo pada Selasa (10/9/2024), untuk pertama kalinya dalam 13 tahun.
Turki, yang telah mengecam Israel atas perang melawan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza, telah bergabung dalam langkah-langkah menuju tuntutan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional. Hubungan Turki dengan Liga Arab dalam beberapa tahun terakhir sempat tegang.
Meskipun telah memperbaiki hubungan yang lama renggang dengan Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi, Ankara masih berselisih dengan beberapa anggota Liga Arab lainnya, termasuk Suriah.
Setelah perang di Gaza dimulai, Turki bergabung dalam kelompok kontak bersama yang dibentuk pada KTT Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mencari jalan mengakhiri konflik tersebut.
Sumber Turki mengatakan undangan kepada Menteri Luar Negeri Hakan Fidan mencerminkan “minat yang berkembang” terhadap peran regional Turki dan peningkatan hubungan dengan anggota Liga Arab. Ankara ingin memperkuat hubungan institusional dan kerjasama dengan kelompok tersebut.
Hubungan Turki dengan anggota Liga Arab, kata sumber tersebut, dapat mendorong “solusi terhadap masalah regional saat ini dan kerjasama konkret di masa depan.”
Sementara itu, negosiasi sedang berlangsung antara Ankara dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk mencapai kesepakatan perdagangan bebas pada akhir tahun ini.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan pembentukan aliansi negara-negara Islam untuk menghadapi apa yang dia sebut sebagai “ancaman ekspansionisme yang makin berkembang” dari Israel. Pernyataan ini memicu kecaman dari Menteri Luar Negeri Israel.
Erdogan menyampaikan komentar tersebut setelah kematian seorang wanita berdarah Turki-Amerika, yang diduga ditembak oleh pasukan Israel saat ikut serta dalam aksi protes pada hari Jumat melawan perluasan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel.
“Satu-satunya langkah yang akan menghentikan arogansi Israel, perampokan Israel, dan terorisme negara Israel adalah aliansi negara-negara Islam,” kata Erdogan dalam acara asosiasi sekolah Islam di dekat Istanbul, dikutip dari Reuters.
Dia juga menjelaskan bahwa langkah-langkah baru-baru ini yang diambil Turki untuk memperbaiki hubungan dengan Mesir dan Suriah bertujuan untuk “membentuk garis solidaritas melawan ancaman ekspansionisme yang semakin berkembang,” yang menurutnya juga mengancam Lebanon dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menanggapi dengan keras, menyebut pernyataan Erdogan sebagai “kebohongan berbahaya dan hasutan.” Katz juga menuduh Erdogan telah bekerja sama dengan Iran selama bertahun-tahun untuk melemahkan rezim-rezim Arab moderat di kawasan itu.
Kunjungan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, ke Ankara pekan lalu, di mana ia dan Erdogan membahas perang Gaza serta cara untuk lebih memperbaiki hubungan yang sempat membeku selama 12 tahun, menunjukkan upaya Erdogan untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara rival di kawasan tersebut.
Sejak 2020, Turki telah memulai upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dengan negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Pada bulan Juli, Erdogan juga menyatakan bahwa Turki akan mengundang Presiden Suriah, Bashar al-Assad, “kapan saja” untuk pembicaraan yang bertujuan memulihkan hubungan antara kedua negara tetangga tersebut, yang terputus sejak pecahnya perang saudara di Suriah pada 2011.
(luc/luc)