Major General (Retired) Suhartono Suratman TNI

by -77 Views
Major General (Retired) Suhartono Suratman TNI

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang hebat. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam freefall tidak bisa menyelam, atau seorang penyelam tidak pandai dalam freefall. Namun, Pak Tono unggul dalam kedua hal tersebut. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat pandai dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira TNI yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi para bawahannya dan generasi berikutnya.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya sedang mencari orang yang cocok untuk menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia.’ Bayangkan patriotisme orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Kodam Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala Sekolah Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah juniorku selama satu tahun. Kami sudah bersama untuk waktu yang lama. Meskipun ada perbedaan usia di antara kami, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Ketika kami masih bujang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Ketika saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditugaskan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Namanya sandi saya adalah Kancil; dia, di sisi lain, adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia menjadi seorang perwira lapangan yang unggul.

Sejak menjadi kadet, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim nasional anggar. Dia juga anggota tim renang AKMIL; dan juga penembak yang hebat.

Dia menonjol sebagai seorang perwira muda di KOPASSUS. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasan saya untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak satuan antiteror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang dengan Pak Tono.

Dalam karier karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan grup Para-Komando KOPASSUS 1. Dia juga menggantikan posisi saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini khusus dilatih dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali tersebut ditugaskan di Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Mereka adalah cikal bakal Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga seorang penembak yang hebat. Dia sangat pandai dalam menembak pistol, senapan serbu, dll. Dia juga adalah perenang yang sangat baik, tidak heran, karena dia pernah memimpin Komando Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Komando Pasukan Katak elit TNI AL (KOPASKA). Selain itu, dia juga adalah seorang penyelam tempur dan pesiar freefall yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang ahli dalam freefall tidak bisa menyelam, dan sebaliknya. Namun, Pak Tono unggul dalam keduanya. Dia juga hebat dalam karate. Dia adalah orang yang berwawasan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah contoh yang baik dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk memperbaiki Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda waktu itu, saya terlibat dalam merancang konsep awal sekolah dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya bertanya kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Siap. Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer di Kalimantan. Dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Dia memandang sekolah tersebut sebagai ‘mangkok pencelup’ untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang luar biasa yang kelak akan menjadi pemimpin superior, sangat penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah juniorku yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, dia seharusnya menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia lebih baik dalam tugas komando daripada saya, dan mungkin bahkan menjadi Panglima KOSTRAD.

Source link