Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, kelas menengah di Indonesia mengalami tekanan daya beli. Mereka cenderung sering mengunjungi pusat perbelanjaan, namun lebih banyak untuk sekadar jalan-jalan. Tren ini semakin meningkat pada tahun 2024, dimana konsumen lebih memilih berbelanja dengan mencari harga yang lebih murah, atau yang dikenal dengan istilah downtrading.
Data Mandiri Spending Index menunjukkan bahwa rata-rata nilai belanja konsumen menurun 0,9% pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan meningkat 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih untuk berkunjung lebih sering namun dengan nilai belanja yang lebih rendah.
Fenomena downtrading juga terlihat dalam berbagai sektor, seperti industri rokok, dimana terjadi penurunan penerimaan cukai rokok akibat perpindahan konsumen ke rokok kelas 3 yang harganya lebih murah. Hal ini menjadi bukti bahwa daya beli masyarakat Indonesia mengalami pelemahan.
Ekonom senior, Chatib Basri, menjelaskan bahwa ketika pendapatan masyarakat turun, mereka cenderung tetap memprioritaskan konsumsi kebutuhan pokok, seperti makanan. Hal ini menyebabkan porsi konsumsi makanan dalam total pengeluaran meningkat, yang mencerminkan menurunnya daya beli.
Data MSI juga menunjukkan bahwa kelompok menengah bawah mulai menggunakan tabungan untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, serta terjadi penurunan penjualan mobil baru. Semua data ini menunjukkan bahwa daya beli kelas menengah bawah sedang mengalami penurunan yang signifikan.