Prabowo Subianto’s Principles of Leadership on prabowosubianto.com

by -189 Views
Prabowo Subianto’s Principles of Leadership on prabowosubianto.com

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Para Pemimpin Teladan TNI]

Hormat kami kepada para pembaca,

Jika kita mempelajari sejarah bangsa-bangsa, kita dapat belajar bahwa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi tanpa didorong oleh perjuangan yang gigih. Seringkali, perjuangan ini berbentuk konflik militer.

Demikian pula, Indonesia hanya bisa meraih kemerdekaannya karena perjuangan gigih yang melibatkan para pendahulu Indonesia – perjuangan militer besar dari generasi ’45.

Sebuah perjuangan militer tidak akan berhasil tanpa adanya pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan teladan dan prinsip-prinsip militer yang teruji waktu. Pemimpin yang memimpin dengan contoh, pemimpin yang memimpin dari garis depan.

Saya melihat sikap-sikap tersebut ditunjukkan oleh para pemimpin saya, para mentori saya sepanjang karier saya di TNI. Beberapa dari mereka adalah bagian dari generasi ’45 yang memerdekakan Indonesia dari kolonialisme Belanda.

Saya merujuk pada sikap-sikap pemimpin seperti Kolonel TNI (purn.) Azwar Syam, Letnan Jenderal TNI (purn.) Himawan Soetanto, Jenderal TNI (purn.) Abdul Haris Nasution, Mayjen TNI (purn.) Mung Parahadimulyo, Letnan Jenderal TNI (purn.) Yogie Suardi Memet, Jenderal TNI (purn.) Wismoyo Arismunandar, Letnan Jenderal TNI (purn.) Yunus Yosfiah, Jenderal TNI (purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal TNI (purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (purn.) Widjojo Sujono, Brigadir Jenderal TNI (purn.) Dr Aloysius Benedictus Mboi, Raden Panji Muhammad Nur dan banyak lagi yang saya anggap sebagai mentor saya.

Saya juga merujuk pada sikap-sikap mantan pelatih-perwira saya. Mereka telah membentuk dan membantu saya, termasuk Kapten Haruman dan Warrant Officer Bayani.

Tanpa teladan ini, saya tidak akan seberhasil dalam memimpin operasi militer ketika saya masih menjadi perwira TNI. Saya juga tidak akan seberhasil setelah pensiun dari Angkatan Darat.

Selain belajar pelajaran-pelajaran dan keterampilan penting dari para pemimpin dan pelatih saya, selama saya bersama TNI, saya juga meluangkan waktu untuk membaca cerita kepemimpinan pejuang kemerdekaan kami dan pemimpin dunia lainnya.

Kita bisa belajar banyak dari kepemimpinan Gadjah Mada, Raden Wijaya, Malahayati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Gubernur Suryo, Jenderal Sudirman, Robert Wolter Mongisidi dan banyak tokoh nasional lainnya yang berjuang dengan gigih bagi bangsa Indonesia.

Ada banyak juga yang bisa dipelajari dari ketekunan Aleksander Agung, Julius Caesar, Adipati Wellington, Mustafa Kemal Atatürk, Deng Xiaoping, Emiliano Zapata dan tokoh militer dunia lainnya yang berhasil memimpin pasukan dan negaranya melewati pertempuran besar.

Selama bertahun-tahun, saya telah berbagi cerita tentang sikap pemimpin militer yang sukses: senior-senior saya, instruktur-instruktur saya, dan tokoh-tokoh nasional serta dunia dalam kuliah-kuliah saya di Padepokan Garudayaksa, sebuah pusat pembelajaran yang saya bangun di Hambalang, dan belakangan ini dalam kursus-kursus saya di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN).

Namun, saya tahu bahwa untuk membangun kesadaran di kalangan generasi baru kepemimpinan TNI dan kepemimpinan nasional, hanya memberikan kuliah tentang sikap pemimpin militer yang sukses tidaklah cukup.

Oleh karena itu, dengan menulis buku ini, saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan saya dengan audiens yang lebih luas. Saya harap semakin banyak orang akan mendapatkan manfaat dari apa yang saya pelajari dari sosok-sosok seperti Jenderal TNI (purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal

TNI (purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (purn.) Widjojo Sujono dan individu-individu teladan lainnya yang tidak hanya merupakan pemimpin TNI yang hebat tetapi juga negarawan yang terpuji.

Selain belajar dari senior-senior saya, saya juga belajar banyak dari teman sejawat saya dan juniors saya. Di antara mereka adalah Mayor Jenderal TNI (purn.) Glenny Kairupan, Letnan Jenderal TNI (purn.) Sjafrie Sjamsoeddin, Mayor Jenderal TNI (purn.) Suhartono Suratman, Letnan Jenderal TNI (purn.) Johannes Suryo Prabowo, Kapten TNI purn. Sudaryanto, dan Letnan Satu TNI purn. Siprianus Gebo.

Selain nama-nama juniors saya yang telah disebutkan di atas, masih banyak yang mencolok. Misalnya, rekan-rekan saya di Akademi Militer (AKABRI) angkatan ‘74: Brigadir Jenderal TNI Harry Pysand, Mayor Jenderal TNI (purn.) Mahidin Simbolon, dan Brigadir Jenderal TNI (purn.) Endang Nugiri. Mereka semua mencolok di bidang operasi. Saya melihat mereka di VC (kontak senjata). Mereka adalah contoh keberanian dan pengorbanan. Terkadang mereka bahkan terlalu berani. Beberapa dari teman sejawat dan juniors saya tertembak oleh musuh karena keberaniannya.

Beberapa juniors saya lainnya juga mencolok dalam pertempuran: Kapten CDM TNI (purn.) Dr Boyke Setiawan bergabung dengan saya di medan perang berkali-kali, Kolonel Infanteri TNI purn. Adel Gustimego (’78), Mayor Jenderal TNI (purn.) Chairawan Kadarsyah Kadirussalam Nusyirwan (’80), Mayor Jenderal TNI (purn.) Musa Bangun (’83), Brigadir Jenderal TNI (purn.) Taufik Hidayat (’83), Kolonel TNI (purn.) Sugeng Rahardjo, dan Mayor Jenderal TNI (purn.) Meris Wiryadi (’83).

Saya juga ingin menyebutkan Mayor Jenderal Surawahadi, komandan peleton saya ketika dia masih Letnan Dua. Dia sangat tajam. Begitu melihat musuh, dia akan terus mengejarnya meskipun usahanya memakan waktu berminggu-minggu.

Juga, juniors saya yang sangat berprestasi di angkatan tahun kelulusan ‘87: Mayor Jenderal TNI Marga Taufiq (’87), Jenderal TNI Andika Perkasa, yang kini Panglima TNI, Letnan Jenderal TNI Muhammad Herindra, yang kini Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana yang sebelumnya Komandan Batalyon 328, Komandan Brigade 17, kini Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan. Ida Bagus sekarang bekerja bersama saya setelah berpisah selama puluhan tahun.

Memang, jika saya menulis tentang mereka secara detail, saya tak akan pernah menyelesaikan buku ini. Mungkin dalam buku selanjutnya, saya akan menceritakan tentang mereka. Saya juga sedang mengingat kembali rekam jejak banyak perwira dan prajurit yang telah bertugas bersama saya. Dalam buku mendatang, saya akan memberi tahu Anda tentang mereka. Buku ini sudah lebih dari 500 halaman. Saya harap sikap dan kualitas kepemimpinan yang digambarkan dalam buku ini dapat meningkatkan kesadaran bersama untuk memperkuat perjuangan kita dalam membangun Indonesia yang kuat, terhormat, dan makmur.

Source link