PT Freeport Indonesia (PTFI) menargetkan operasi penuh fasilitas pemurnian dan pemrosesan atau smelter tembaganya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur pada akhir tahun 2024 ini. Pabrik baru itu nantinya akan menyerap tembaga dalam negeri sebesar 1,7 juta ton per tahun. Smelter tembaga ini juga merupakan smelter dengan desain single line atau jalur tunggal terbesar di dunia.
Selain menghasilkan katoda tembaga sebesar 600-700 ribu ton per tahun, pabrik tersebut juga bisa mengolah produk sampingan dari tembaga yakni lumpur anoda menjadi emas hingga 50-60 ton emas murni per tahun dan 220 ton perak per tahun.
“Lantas, apakah sudah ada pembeli dari 50-60 ton emas yang akan dihasilkan smelter PTFI ini?”
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan sudah ada kepastian off taker atau pembeli dari emas smelter Freeport ini, pembelinya yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Tony menyebut, Antam akan membeli 20 ton emas per tahun.
“Kalau untuk emas, itu Antam dengan kami sudah bicara untuk (membeli) sekitar 20 ton per tahun,” ungkap Tony saat peresmian smelter kedua PTFI di Gresik, dikutip Senin (15/7/2024).
Selain itu, dia menyebutkan bahwa pihaknya juga sudah mendapat kepastian pembeli katoda tembaga dari dalam negeri, yang tak lain merupakan tetangga dari smelter Freeport di JIIPE ini. Tetangga yang dimaksud adalah PT Hailiang Group di Gresik.
“Ini tetangga kita sudah mulai minta 100 ribu ton per tahun, kira-kira. Dan kemudian kalau kita harapkan juga ada industri-industri turunan lainnya yang akan meng-off take katoda tembaga kita,” ungkap Tony.
Adapun, Tony berharap semakin tumbuh pasar domestik yang akan menyerap produk hasil pabrik tembaga yang diklaim terbesar di dunia tersebut. Selain karena ongkos akan lebih murah, Tony mengatakan bahwa pasar domestik bersifat terbuka atau harga dari produk pabrik itu ditentukan oleh pasar.
“Asal tahu saja, luas area pabrik tembaga raksasa itu hingga 100 hektare dan telah resmi beroperasi pada Kamis (27/6/2024). Freeport sejatinya sudah memiliki smelter pertamanya yakni PT Smelting yang memiliki kapasitas input produksi sebesar 1,3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Dengan beroperasinya smelter tembaga kedua ini, maka secara total, Freeport akan mampu menyerap dan mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Adapun totalnya dari kedua smelter tembaga tersebut, Freeport bisa memproduksi 1 juta ton katoda tembaga per tahun.
Selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter terbaru Freeport akan menghasilkan produk sampingan di antaranya lumpur anoda 6.000 ton per tahun, di mana lumpur anoda ini diolah lagi melalui Precious Metals Refinery (PMR), menjadi emas dan perak murni.
Produk sampingan lainnya yaitu asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.
Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 58 triliun.