Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia di bulan depan alias Juli 2024 mendatang akan memiliki fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga, serta pabrik emas single line terbesar di dunia.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Bahlil menyebutkan bahwa pabrik tembaga tersebut akan menghasilkan 60 ton emas murni dan 400 ribu ton katoda tembaga.
Pabrik tembaga dan emas ini sedang dalam tahap uji coba di Wilayah Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur, yang merupakan milik PT Freeport Indonesia (PTFI). Saat ini, 51% sahamnya dimiliki oleh Indonesia melalui Holding BUMN Pertambangan, MIND ID.
Bahlil juga menyebutkan bahwa smelter milik PTFI memiliki nilai investasi sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 48 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.000 per US$) dan akan mulai beroperasi pada 1 Juli 2024.
“Mulai 1 Juli ke depan, pabrik Freeport akan mengolah konsentrat tembaga dari Timika di Gresik. Dalam satu tahun, pabrik ini akan menghasilkan 60 ton emas murni, 400 ribu ton katoda tembaga, dan berbagai produk turunan lainnya,” ungkap Bahlil dalam kuliah umum di Universitas Islam As Syafi’iyah, Bekasi, awal Juni lalu.
Selain Gresik, Freeport Indonesia juga diminta untuk membangun smelter di Timika, Papua, dekat dengan tambang Freeport di Tembagapura. Permintaan pembangunan smelter baru di Timika ini seiring dengan rencana penambahan saham Indonesia di PTFI dari 51% saat ini menjadi 61% pada tahun 2041.
Bahlil menilai pembangunan smelter dan proses divestasi saham Freeport merupakan bagian dari program hilirisasi pemerintah, salah satu strategi investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan di masa mendatang.
Pada akhir Mei 2024, Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas menyatakan bahwa smelter tembaga di JIIPE Gresik siap beroperasi pada Juni 2024. Proyek smelter ini dirancang mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas peleburan 1,7 juta ton per tahun, menjadikannya sebagai tempat pemurnian tembaga terbesar di dunia.
Smelter ini juga dilengkapi dengan Unit Pemurnian Logam Mulia, Unit Oksigen, Unit Asam Sulfat, dan Unit Desalinasi serta Unit Effluent and Waste Water Treatment Plant untuk mendukung pemanfaatan bahan baku, produk samping, dan limbah dengan efisiensi tinggi.
Dengan beroperasinya smelter kedua ini, pemurnian lumpur anoda akan dilakukan 100% di dalam negeri. Tony mengatakan smelter ini bisa memproduksi emas hingga 50 ton per tahun, serta 600 ribu ton katoda tembaga per tahun dan 150-200 ton perak per tahun.
Pembangunan smelter ini merupakan mandat Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI dan telah menarik investasi hingga US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 48 triliun per akhir Desember 2023. Smelter pertama PTFI dibangun pada 1996 dan dikelola oleh PT Smelting.