Hubungan Intelijen antara TNI dan Polri di Indonesia Masih Belum Jelas

by -71 Views
Hubungan Intelijen antara TNI dan Polri di Indonesia Masih Belum Jelas

Intelijen di Indonesia antara TNI dan Polri Masih Kabur

Bandung, IDN Times – Direktur Riset ISI (Indo-Pacific Strategic Intelligence) Aishah Rasyidilla Kusumasomantri, menjelaskan bahwa keberadaan intelijen di Indonesia masih menghadapi tantangan yang besar.

Menurutnya, lembaga intelijen di Indonesia seperti BIN, BAIS, dan Baintelkam Polri sering kali menghadapi berbagai tantangan terkait tugas dan peran masing-masing.

Pendapat tersebut disampaikan dalam seminar berjudul Aturan Tambahan dalam Spionase: Jejaring atau Kuasa, Sebuah Diskursus, yang diselenggarakan pada Selasa (11/6/2024). Acara tersebut diselenggarakan oleh Center for Security and Foreign Affairs Universitas Kristen Indonesia (CESFAS UKI) bekerja sama dengan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI).

Laporan alat sadap Amnesty International menyoroti prevalensi pengawasan digital yang berlebihan, yang dapat mengancam kebebasan berpendapat dan privasi. Untuk melindungi data pribadi, penting untuk menggunakan kata sandi yang kuat, mengaktifkan otentikasi dua faktor, dan berhati-hati dalam membagikan informasi sensitif secara online.

1. Intelijen dibagi ke dalam beberapa kategori

Aishah menjelaskan fungsi utama intelijen dalam memberikan informasi kepada pembuat kebijakan, jenis-jenis intelijen, dan pentingnya etika dalam kegiatan intelijen.

Ia menjelaskan bahwa intelijen diperlukan untuk mengumpulkan, menyaring, dan menafsirkan informasi yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang efektif.

“Intelijen dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu Human Intelligence (HUMINT), Technical Intelligence (SIGINT, GEOINT), dan Open Source Intelligence (OSINT),” kata Aishah dalam siaran pers yang diterima IDN Times pada Selasa(11/6/2024).

2. Tantangan Intelijen: penentuan peran dan tugas yang jelas

Menurut Aishah, intelijen akan selalu berada dalam wilayah abu-abu antara etika dan kepentingan, yang sering kali menimbulkan dilema bagi negara demokratis yang lebih memperhatikan ancaman eksternal daripada negara otoriter yang lebih khawatir terhadap ancaman internal.

Aishah menambahkan, “intelijen di Indonesia masih menghadapi masalah dalam menentukan peran dan tugas yang jelas, terutama dengan tumpang tindih antara TNI dan Polri dalam intelijen sipil,” katanya.

3. Penyadapan tetap penting dilakukan oleh Intelijen

Pada acara yang sama, Mayor Jenderal TNI (Purn.) Tubagus Hasanuddin, anggota Komisi 1 DPR RI, berbicara tentang pengalaman dan pandangannya mengenai intelijen. Ia menekankan pentingnya penerapan teknologi dalam urusan intelijen.

“Pada masa lalu, operasi intelijen dilakukan dengan sumber daya terbatas dan teknologi yang kurang memadai, sehingga situasinya sering disebut sebagai senyap dan berbahaya,” kata Tubagus Hasanuddin.

Menurutnya, kegiatan penyadapan yang dilakukan oleh intelijen, penting dilakukan untuk mengungkap tindakan kriminal yang dapat merugikan masyarakat. Namun, katanya, penyadapan tetap perlu mempertimbangkan kepentingan negara dan prinsip-prinsip kepentingan intelijen.

Sumber: https://jabar.idntimes.com/news/indonesia/galih/antara-tni-dan-polri-intelijen-di-indonesia-masih-abu-abu?page=all

Source link