Area industri Jakarta memang memiliki keunggulan dari segi lokasi yang strategis. Namun, itu tidak cukup untuk menarik investor baru untuk menanamkan investasi dan membuka pabrik baru di Jakarta. Direktur Layanan Industri & Logistik Rivan Munansa mengungkapkan bahwa salah satu hambatannya adalah karena harga tanah yang sudah terlampau tinggi.
“Untuk pabrik baru yang ingin masuk ke Pulogadung, sudah tidak masuk hitungan lagi karena harga lahannya terlalu mahal, jadi sudah tidak memungkinkan untuk membangun pabrik baru, sekarang harganya di atas Rp 10 juta per meter persegi. Industri jika diberi harga Rp 10 juta per meter persegi untuk membangun pabrik lebih baik ke Karawang atau Subang,” kata Rivan kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/4/2024).
Investor akan berpikir ulang untuk menerima lahan dengan harga yang terlalu tinggi. Sementara dari sisi pemilik lahan, mereka juga enggan menurunkan harga terlalu murah karena lokasi strategis menjadi kelebihannya.
“Yang sudah memiliki lahan lama mungkin akan beralih menjadi gudang dengan beberapa lantai karena lokasi strategis, jadi tetap dijadikan properti. Namun, kalau dijual agak sulit,” kata Rivan.
Oleh karena itu, banyak investor baru yang memilih membuka pabrik di luar Jakarta seperti Karawang dan Subang. Contohnya, pabrikan mobil China BYD Motor Company Limited memilih membangun pabrik perakitan kendaraan listrik di Kawasan Industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat.
Sementara pabrikan yang sudah lama cenderung bertahan. Mereka enggan keluar karena juga mempertimbangkan faktor rantai pasok. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ada dorongan bagi pabrikan di Jakarta untuk keluar, namun belum ada regulasi yang ketat mengatur hal tersebut.
“Kecuali pemerintah meminta mereka keluar, namun beberapa pemilik properti merasa lokasi strategis, mungkin pabrik berat mereka pindah namun gudangnya masih cukup strategis, jadi mereka tetap menjalankan operasinya di tempat yang sama, kecuali ada aturan yang melarang perpanjangan izin setelah habis. Seperti di Sunter, gudangnya masih ada, beberapa pabrik masih beroperasi hingga pemerintah menutup izin mereka,” kata Rivan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Video: Prospek Industri Manufaktur di 2024
(hoi/hoi)