Jakarta, CNBC Indonesia – Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Misalnya saja di sektor pertambangan nikel. Indonesia disebut-sebut memiliki sumber cadangan nikel terbesar di dunia. Kondisi ini lantas membuat negara-negara lain mempertimbangkan posisi Indonesia dalam industri nikel di kancah global. Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengatakan sejumlah negara penghasil nikel meminta Indonesia untuk bergabung ke sebuah organisasi International Nickel Study Group (INSG). Adapun, INSG sendiri merupakan organisasi antar pemerintah yang didirikan pada bulan Juni 1990.
Ia menjelaskan INSG merupakan sebuah lembaga organisasi analisis pasar nikel. Indonesia sejatinya pernah menjadi anggota INSG di awal organisasi tersebut baru dibentuk. “Dulu kita pernah pertama kali gabung pada saat berdiri tahun 1990 ada delegasi kita yang dipimpin Dirjen pada saat itu tapi kemudian kita 2006 keluar karena ada masalah Portugal itu di Timor-Timur. Sekarang mereka mengajak kita untuk masuk kembali tapi kita lagi mempertimbangkan,” kata Irwandy.
Menurut Irwandy, INSG yang merupakan kumpulan dari beberapa negara penghasil nikel mempunyai kekuatan di aspek market analysis. Sebagaimana diketahui, Indonesia telah diakui sebagai negara pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. Produksi nikel di Indonesia mencapai 1,8 juta metrik ton dan memberikan kontribusi sebesar 50% terhadap total produksi nikel dunia.
Besarnya cadangan nikel tersebut juga dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi di dalam negeri, yakni untuk jenis nikel kadar tinggi atau saprolite dan nikel kadar rendah atau limonite, yang diproses dengan fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) nikel. Konsumsi bijih nikel di dalam negeri pada 2023 diperkirakan mencapai 145 juta ton.
Dengan tingginya tingkat cadangan dan konsumsi nikel di dalam negeri, pemerintah terus mendorong pentingnya menjaga hilirisasi industri untuk melakukan pembangunan smelter di Tanah Air demi memperkuat nilai tambah produk dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini, beberapa kawasan di Indonesia telah memiliki smelter nikel yang maju, antara lain seperti Kawasan Industri Morowali, Kawasan Industri Stardust Estate Investment di Morowali Utara, dan Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe.