Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membahas dampak positif dan negatif dari penguatan dolar AS terhadap rupiah. Rupiah melemah akibat ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel serta kebijakan hawkish bank sentral AS (The Fed).
Menurut data Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,49% menjadi Rp16.250/US$ hari ini (19/4/2024) dan turun 2,59% secara mingguan. Sri Mulyani menyatakan bahwa kondisi global saat ini pasti berdampak pada ekonomi Indonesia, dengan dampak positif dan negatif. Meskipun penerimaan ekspor akan meningkat dengan dolar yang menguat, konversi harga impor bisa menyebabkan inflasi.
Pemerintah terus mengantisipasi perkembangan ini dan meyakini kekuatan ekonomi Indonesia dalam menghadapinya. Stabilitas ekonomi makro dijaga, dengan koordinasi Bank Indonesia. APBN berperan sebagai shock absorber yang efektif dan kredibel. Meskipun suku bunga dan inflasi global tinggi, Sri Mulyani optimis bahwa Indonesia akan tetap tumbuh sesuai target, didukung oleh ekspor kuat dan neraca perdagangan surplus.