Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia menghadapi tiga risiko pada tahun 2024. Risiko-risiko ini teridentifikasi dalam Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) BI Nomor 42 per Maret 2024.
Menurut Juda Agung, tiga risiko tersebut adalah ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global akibat inflasi yang tinggi dan kebijakan suku bunga acuan di negara maju yang belum menentu. Risiko kedua adalah akibat perkembangan digitalisasi di sistem keuangan, yang dapat memberi dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan. Risiko ketiga adalah terkait dengan transisi ke arah ekonomi hijau dan keuangan inklusif.
Juda Agung menjelaskan bahwa ketiga risiko tersebut harus dipantau dengan cermat. Risiko pertama terkait ketidakpastian ekonomi dan kebijakan suku bunga global sangat mempengaruhi pasar keuangan dan sentimen para pelaku ekonomi. Risiko kedua adalah terkait dengan perkembangan teknologi digital yang dapat membawa risiko siber, seperti serangan cyber dan pencurian data. Risiko ketiga adalah terkait dengan transisi ke arah ekonomi hijau, di mana perbankan harus memperhatikan kebijakan pengurangan emisi karbon dan risiko reputasi yang terkait.
Untuk mengurangi dampak dari risiko-risiko tersebut, lembaga keuangan perlu meningkatkan langkah-langkah keamanan siber, meningkatkan kesadaran siber, dan berinvestasi dalam teknologi dan tenaga kerja yang mampu merespons ancaman siber dengan efektif. Selain itu, perbankan juga perlu memperhatikan kebijakan terkait transisi ke arah ekonomi hijau untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Artikel Selanjutnya : Chatib Basri Buka-bukaan! Segudang Masalah Kini Ancam RI
(haa/haa)
