Quick Count CSIS mengkonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam satu putaran: Demokrasi Tetap Terbaik

by -88 Views
Quick Count CSIS mengkonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam satu putaran: Demokrasi Tetap Terbaik

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan kemenangan tersebut dapat diraih dalam satu putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menganalisis bahwa kemenangan tersebut sebenarnya sudah diprediksi jika melihat dari tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyatakan bahwa keunggulan pasangan tersebut terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count sejumlah lembaga survei mengonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sekitar 57-58 persen,” ungkap Arya dalam keterangan resmi pada Rabu (21/2).

Tidak hanya memenangkan Pilpres, Arya juga menjelaskan bahwa angka tersebut menjadi yang tertinggi dalam sejarah kemenangan pasangan calon presiden sebelumnya.

“Dengan angka tersebut hampir dapat dipastikan pemilu presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil mengungguli capaian Presiden Joko Widodo sebesar 55,50 pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari quick count yang diselenggarakan oleh CSIS bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir unggul di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan untuk pasangan dari Koalisi Indonesia Maju jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan lain. Arya menyebut bahwa capaian tersebut telah memenuhi syarat kemenangan dalam Pilpres yang diatur dalam Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satunya adalah angka split-ticket voting yang terjadi pada pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi tersebut menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang turut menyumbang kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan keadaan ekonomi yang dinilai baik. Arya menyebut bahwa masyarakat melihat hal tersebut dari peningkatan alokasi anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen masyarakat percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga bisa dilihat dari perubahan strategi tim kampanye yang menyasar platform TikTok dan melibatkan influencer berpengaruh dalam tim kampanye nasional. Konten-konten Prabowo yang diproduksi di TikTok hampir selalu menjadi viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meskipun begitu, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya telah terdeteksi sejak awal, terutama dari hasil survei sejak November 2023. Ia menegaskan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan calon lain harus berpikir strategis, bahkan menekankan narasi bahwa pemilu akan berlangsung lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang besar, sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Hal yang masih mungkin dilakukan saat itu adalah ‘memaksa’ pemilu presiden agar berlangsung dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, lanjut Arya, menganalisis bahwa dalam upaya memenangkan hati pemilih, pasangan calon 01 dan 03 juga meluncurkan strategi yang berbeda menjelang akhir kampanye.

“Untuk mempengaruhi sikap pemilih di akhir kampanye, Anies Baswedan memilih melonggarkan serangan pada debat terakhir calon presiden. Sebaliknya, Ganjar justru semakin agresif dalam menyerang,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 menandai proses demokrasi yang dimulai sejak reformasi 1998. Setelah enam kali pemilu, Indonesia masih memilih demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang terbaik dalam menghadapi tantangan nasional dan internasional ke depan.

“Dalam setiap pemilu, kita melihat kekuasaan berubah-ubah. Perubahan politik datang dengan cepat, sehingga kita harus beradaptasi. Meskipun demikian, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik untuk Indonesia,” katanya.

“Kita membutuhkan pemimpin yang demokratis untuk menjalankan negara ini, menghadapi tantangan domestik dan global. Kabinet yang kompeten dan berpengalaman sangat diperlukan,” pungkas Arya. (SENOPATI)

Source link