Dengan jumlah populasi yang mencapai lebih dari 270 juta orang, dan sekitar 50 juta orang atau 20% dari populasi tersebut merupakan ‘kelas menengah’, Indonesia menjadi pasar yang sangat besar dan menarik.
Dengan populasi yang demikian besar, hampir semua industri dapat berkembang dengan pesat hanya dengan menjual produk dan jasanya di pasar Indonesia. Sebagai contoh, setiap orang Indonesia membutuhkan pakaian. Jika 50 juta orang membeli satu celana setiap tahun dengan harga Rp. 100.000, ini akan menciptakan bisnis sebesar Rp. 5 triliun. Dengan adanya potensi keuntungan sebesar 10%, maka dapat tercipta keuntungan sebesar Rp. 500 miliar. Hal ini hanyalah contoh dari penjualan celana saja, belum lagi produk pakaian lainnya.
Dengan pasar domestik Indonesia yang sangat besar, banyak perusahaan asing berlomba-lomba untuk memasuki pasar ini dan menjual produk mereka. Dari PDB Indonesia pada tahun 2022 yang mencapai USD 1,3 miliar atau sekitar Rp. 19.588 triliun, sebanyak 52% atau sekitar Rp. 10.100 triliun berasal dari konsumsi rumah tangga. Angka ini jauh lebih besar daripada konsumsi pemerintah yang hanya menyumbang 9% dari PDB Indonesia, dan ekspor yang baru mencapai 25% dari PDB Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Berita baiknya, terdapat peluang besar untuk peningkatan konsumsi rumah tangga. Misalnya, konsumsi protein per kapita dan konsumsi listrik per kapita Indonesia masih jauh di bawah negara-negara maju. Jika gizi dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan melalui peningkatan konsumsi protein dan listrik, maka konsumsi rumah tangga dan PDB Indonesia juga akan meningkat secara signifikan.
Tentu saja, untuk memaksimalkan peluang ini, peningkatan konsumsi protein harus berasal dari sumber protein yang diproduksi di dalam negeri, seperti peternak sapi perah, peternak telur, pembudidaya ikan, nelayan, dan petani Indonesia. Pembangunan pembangkit listrik juga sebaiknya menggunakan sumber energi terbarukan dan melibatkan peralatan, mesin, dan ahli dari dalam negeri.
Saya tidak menolak kehadiran perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia, namun kita harus mampu bersaing dengan mereka. Pemerintah harus memastikan bahwa produk dan jasa yang dijual oleh perusahaan asing tidak menguasai pasar secara monopoli. Saya yakin bahwa produk-produk Indonesia memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk asing. Berbagai contoh seperti sepeda, kapal laut, senjata, mobil jeep, bahkan senjata buatan PINDAD telah menunjukkan kemampuan industri dalam negeri yang patut diberi kesempatan untuk berkembang.
Sumber: Link Sumber