Ekonomi Menengah di Jakarta: Perspektif prabowo2024.net

by -188 Views

Oleh Prabowo Subianto [dari Buku 1 Kepemimpinan Militer: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto

Salah satu indikator kesenjangan ekonomi di Indonesia adalah data lokasi kegiatan ekonomi atau perputaran uang di dalam negeri. Pada tahun 2020, Besar ekonomi Indonesia atau PDB lalu adalah USD 1.058 miliar, atau sekitar Rp. 15.300 triliun jika menggunakan kurs satu dollar setara Rp. 14.500. Sekitar 70% dari perputaran ekonomi sebesar Rp. 15.300 triliun berputar di Jakarta. Sisanya berputar di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Medan, dan Semarang. Namun, perputaran uang di desa-desa di seluruh Indonesia sangat minim dan terkonsentrasi di pulau Jawa.

Laporan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terkait simpanan uang di seluruh bank-bank di Indonesia menunjukkan bahwa per September 2023, totalnya ada Rp. 8.205 triliun uang yang tersimpan di seluruh bank di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 52% ada di cabang-cabang Jakarta, meskipun jumlah penduduk Jakarta hanya 3,9% penduduk Indonesia. Rata-rata simpanan per rekening di Jakarta juga sangat besar, mencapai Rp. 402 juta per rekening, dibandingkan dengan rata-rata nasional Rp. 29 juta per rekening. Konsentrasi ekonomi di Jakarta dan pulau Jawa ini berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Infrastruktur seperti jalan raya, kereta, dan listrik tidak tersedia dengan baik di pedesaan dan di luar Jawa.

Masalah gizi juga menjadi perhatian penting, dimana di NTT, dua dari tiga anak mengalami stunting akibat malnutrisi, sementara di Jakarta angka malnutrisi mencapai 1 dari 3 anak. Fakta ini sangat menyesakkan, mengingat jumlah gedung pencakar langit dan hotel mewah yang banyak di Jakarta. Kurang gizi akan menghambat prestasi anak di sekolah dan sulit mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi saat dewasa.

Sumber: Prabowo Subianto